Wednesday, January 30, 2013

Visa Menikah di Jerman 2013

Well, kali ini saya mau berbagi pengalaman bagaimana saya mengurus pernikahan di jerman dan mengurus dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk aplikasi visa menikah di Jerman. Kenapa? Ya iya, pacar saya, atau bisa juga disebut calon suami saya (hehehehe) kebetulan berkewarganegaraan Jerman. Kok bisa? Gimana ketemunya? Hahaha itu soal lain.. Namanya juga jodoh. :p
Ada beberapa dokumen yang diperlukan untuk mendaftarkan pernikahan di catatan sipil Jerman dan untuk visa menikah yang kita ajukan di kedutaan. Saya jabarkan satu per satu ya...

1. Akte kelahiran
Yap! Akte kelahiran, pasti semua punya kan? Kalo belum, waduh ini sifatnya wajib. Hehehe.. Akte kelahiran yang diperlukan adalah akte kelahiran baru (tidak lebih dari 6 bulan) atau oleh pihak catatan sipil biasa disebut akte kelahiran kutipan kedua. Kutipan kedua ini bisa didapat di kantor catatan sipil atau kependudukan yang menerbitkan pertama kali. Waktu itu saya mengurus di Malang, kota kelahiran saya. Untuk mendapatkan akte kutipan kedua saya, saya harus bersabar cukup lama. Atau mungkin saya kurang beruntung, baru setelah 7 minggu dan 3 hari, akte kutipan kedua saya jadi. Itu terhitung sejak saya memasukkan berkas untuk mendapatkan kutipan kedua. 4 minggu untuk mencari arsip (oleh pihak arsip kantor capil setempat) dan sisanya untuk menunggu penerbitannya. Gak tau tuh nyari arsipnya dimana. Hahaha.. Tapi sudahlah, toh jadi juga. Tapi di tempat lain bisa lain2, ada yang 2 minggu jadi bahkan ada yang 3 hari sudah bisa diambil. :) Setelah itu akte kutipan kedua kita perlu dilegalisir di Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Jerman. (Proses legalisir saya jelaskan di point berikutnya ya...). Belum selesai nih... hahaha...setelah mendapat stempel legalisir dari ke-3 lembaga tersebut, akte kita perlu diterjemahkan ke bahasa Jerman. Waktu itu saya menggunakan jasa Bapak Akhmad Robani di daerah Petukangan-Jaksel. Hanya sehari langsung jadi (hari ini taruh, besok bisa diambil), biayanya Rp. 125.000 per lembar halaman jadi hasil terjemahan. Awalnya mau pakai jasa Louis Liem (Rp. 100.000 per lembar halaman jadi), tapi butuh waktu 3 minggu. Hehehe.. dengan harga tidak terpaut terlalu jauh, jadi saya pilih pak Robani. Karena sama2 sworn translator yang ditunjuk kedutaan jerman. Berikut link-nya Daftar Penerjemah


2. Surat Keterangan Belum Menikah (SKBM)
SKBM ini juga harus yang diterbitkan oleh kantor capil tempat domisili kita. Nah untuk yang beragama non muslim, mintanya di kantor capil. Untuk yang muslim, di KUA. CMIIW yaaa... Untuk mendapatkan SKBM ini, kita perlu minta surat keterangan mulai dari RT, RW kemudian di Kelurahan. Setelah mengisi beberapa formulir, di kelurahan nanti kita diberi SKBM. Tapi bukan ini yang nantinya dipakai. SKBM dari kelurahan kita bawa ke kantor capil, kemudian disana kita serahkan ke petugas dan kita akan diminta untuk tanda tangan surat pernyataan. Setelah membayar Rp. 10.000, kita diminta untuk kembali 3 hari kemudian untuk megambil SKBM kita. Sama dengan akte, SKBM perlu dilegalisir di Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Jerman. Untuk yang non muslim, yang SKBM-nya dari kantor KUA juga harus dilegalisir di Kementerian Agama. (Proses legalisir saya jelaskan di point berikutnya ya...)
Sama dengan akte, SKBM juga perlu diterjemahkan ke dalam bahasa jerman.

3. Surat Keterangan Domisili
Prosesnya sama dengan SKBM, tapi kita tidak perlu ke kantor capil. Surat domisili yang diperlukan adalah terbitan Kelurahan tempat domisili kita. Kita hanya perlu ke kantor kecamatan untuk minta legalisir dari Pak Camatnya. Waktu itu, saya mengurus ini 2hari langsung jadi. Oh ya syarat2nya apa saja untuk mendapatkan SKBM dan Surat Domisili di tingkat kelurahan bisa ditanyakan langsung di Pak RT masing-masing ya. Karena mungkin bisa berbeda. Ga ribet kok. Biaya untuk Surat domisili saya membayar Rp. 5000 di kelurahan dan Rp. 5000 di kecamatan untuk legalisir. Nah, surat domisili tidak perlu dilegalisir di Kemenkumham, Kemenlu maupun Kedutaan. Cukup di legalisir di kecamatan saja.Namun tetap harus diterjemahkan oleh sworn translator.

4. Fotokopi Paspor
Pengalaman saya kemarin, fotokopi paspor tidak perlu legalisir dari kantor imigrasi penerbit paspor tersebut. Nantinya paspor hanya akan dilegalisir di kedutaan jerman dengan biaya 10Euro (kurs waktu itu saya harus bayar Rp. 130.000).

5. Formulir dan surat pernyataan
Formulir disini adalah formulir untuk aplikasi visa tinggal lebih dari 3 bulan, bisa diunduh di dari alamat link ini Formulir Visa


Untuk pengisian formulir, ada beberapa poin yang menurut saya membingungkan tapi nanti bisa tanya waktu hari aplikasi. Hehehe.. dan kebetulan saya masih menyimpan copy-an-nya. :)
Untuk surat pernyataan itu nanti akan diberikan langsung oleh petugas di kedutaan. Kita tinggal tanda tangan saja.

6. Pas Foto
2 lembar, terbaru, berwarna, latar belakang putih atau abu-abu muda (ukuran 3,5 x 4,5 cm)
atau lebih jelasnya bisa dilihat disini Ketentuan Pas Foto

7. Sertifikat Kemampuan Bahasa Jerman level A1
Yang ini juga bersifat mutlak ada. Karena pas saya pertama kali dipanggil, selain diminta dokumen2nya, hal kedua yang ditanya adalah Sertifikat A1. Sertifikat ini bisa kita peroleh dengan mengikuti ujian di Goethe Institute. Setau saya, ada di Jakarta, Bandung, Jogja dan Surabaya. Biayanya Rp. 850.00 dan hasilnya bisa diketahui 1-2 hari setelah hari tes dilaksanakan dan sertifikat bisa diambil juga 2 hari setelah hari tes. Malah ada yang bilang, biasanya sertifikat bisa diambil hari itu juga. Tapi mungkin waktu itu di Goethe Surabaya (tempat saya tes), peserta ujiannya banyak. Jadi perlu sedikit waktu. Nah, biasanya muncul pertanyaan. Susah gak sih? Kira-kira lulus gak yah? Kalo itu, tergantung lah ya. Saya kursus private selama 2 bulan, seminggu 2 kali dan 1 minggu menjelang ujian saya intensif tiap hari. Bisa juga kursus di Goethe-nya, tapi karena di Malang ga ada Goethe jadi saya private deh. Dan untungnya, saya lulus di ujian bahasa jerman pertama saya. Seneng banget. Nilainya juga cukup memuaskan untuk pemula. Hahaha...pamer dikit nih... Oh ya, jangan lupa, saat pengambilan sertifikat langsung minta fotokopinya yang sekalian sudah dilegalisir. Di Goethe Surabaya, saya membayar Rp. 35.000 untuk 5 lembar fotokopi plus legalisirnya. :)

Dari pihak warga negara Jerman, berikut yang harus disiapkan:

8. Surat Sponsor (Verplichtungseklaerung)
Surat sponsor ini diterbitkan oleh kantor imigrasi Jerman di tempat pasangan kita berdomisili. Hanya dengan membayar 25Euro, dapet deh surat sponsornya. Dan yang asli harus dikirim ke Indonesia untuk disertakan saat pengajuan visa.

9. Invitation (Informal Invitation)
Yang berikutnya adalah surat undangan. Surat undangan ini bersifat tidak formal alias bisa dibuat sendiri oleh pasangan kita yang merupakan sekaligus pengundang kita di Jerman. Isinya kurang lebih pernyataan kalau anda dan dia akan menikah disana, plus ditandatangan dan dikirim juga ke Indonesia untuk disertakan.


10. Fotokopi Akte Kelahiran
Waktu itu untuk jaga-jaga, saya minta calon suami saya untuk mengirimkan yang aslinya juga ke Indonesia.

11. Fotokopi Paspor

12. Surat Domisili Pasangan
Untuk surat domisili, juga sebaiknya minta dikirim juga yang aslinya. :)

13. Vollmacht zur Anmeldung der Eheschliessung
Ini adalah formulir yang diperoleh dari standesamt tempat kita akan menikah, kita harus mengisi dan tanda tangan formulir tersebut. Jadi bisa dikirim bersamaan dengan poin 10-12 diatas. Untuk vollmacht ini, rupanya setiap standesamt memiliki kebijakan berbeda. Untuk standesamt tempat saya akan menikah tidak meminta legalisir dari kedutaan. Namun standesamt lain ada yang meminta legalisir. Untuk proses legalisirnya, sebagai berikut. Kita pergi ke penerjemah tersumpah, kemudian formulir vollmacht tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kemudian kita didampingi oleh pernerjemah,mengisi formulir tersebut. Baru kemudian oleh penerjemah diisi pada lembar vollmacht yang berbahasa Jerman. Kemudian penerjemah tersumpah akan memberi stempel dan menandatangani. Jadi, yup...kita harus bersama-sama penerjemah ngisi-nya. :)
Baru setelah itu bisa dilegalisir oleh kedutaan. Jangan lupa dibawa yang asli dan terjemahannya. Atau lebih jelasnya bisa tanya tentang proses ini ke kedutaan bagian konsuler. Kebetulan standesamt tempat saya menikah tidak meminta legalisir, jadi saya melewatkan proses ini. :)

14. Einverstaendniserklaerung
Formulir ini juga perlu kita isi. Biasa langsung sepaket dengan yang nomer 13. Jadi prosesnya sama dengan nomer 13, kalau diminta untuk dilegalisir.

Nah, 12 poin yang saya jabarkan diatas, adalah semua dokumen yang saya siapkan. Namun pada kenyataannya (berdasarkan pengalaman saya), untuk pengurusan visa di kedutaan, yang diperlukan adalah poin nomor 1-9 saja. Saat saya di loket, poin 10-12 dikembalikan kepada saya. Kalau saya tidak salah dengar, poin 10-12 tersebut digunakan untuk pendaftaran ijin menikah di standesamt di Jerman.

Well, untuk pengurusan atau pendaftaran menikah di catatan sipil di Jerman, dokumen yang diperlukan adalah poin nomer 1-4 dan poin 10- 14 (untuk poin 5-9 hanya diperlukan saat pengajuan visa). Untuk pengurusan di standesamt Jerman diperlukan satu surat pernyataan dari kita (warga negara Indonesia), yaitu Verdienstbescheinigung. Surat ini isinya berapa penghasilan yang kita peroleh selama bekerja di Indonesia. Kita bisa bikin sendiri dan ditanda tangan. Pakai bahasa Jerman tentunya. :)

Sekarang, tentang proses legalisir. Saya jabarkan sesuai lembaga pemberi legalisirnya ya..
1. Kementerian Hukum dan HAM
Yang perlu dilegalisir disini adalah Akte Kelahiran Baru/Kutipan Kedua ASLI dan Surat Keterangan Belum Menikah ASLI. Legalisir bisa diperoleh di Ditjen Administrasi Hukum dan Umum. Kantornya di Rasuna Said depan Pasar Festival persis. Kalau naik busway, turun di shelter GOR Sumantri. Hahaha...(sampe hafal). Langsung tanya satpam, Ditjen AHU dimana. Pas saya kesana, habis kebakaran. Apes bener. Haha..
Hal yang perlu disiapkan:
- Dokumen yang akan dilegalisir
- Fotokopi dokumen yang akan dilegalisir
- Fotokopi KTP
- Materai 6000 sesuali jumlah dokumen yang akan dilegalisir
- Surat permohonan legalisir (bisa dibuat sendiri)
- Specimen tanda tangan dan stempel *)penting
- Map (terserah apa aja)
Kita harus ambil nomor antrian dulu, setelah dipanggil, menuju loket dan diperiksa. Petugas akan memberi kita tanda terima dan kita harus membayar Rp.25.000 per lembar yang dilegalisir. Proses pembayarannya di Bank BNI. Jangan kawatir, bank masih satu gedung kok. Tinggal jalan. Waktu itu saya legalisir 2 dokumen, jadi bayarnya Rp.50.000 plus Rp. 5000 untuk biaya transfer. Setelah itu kita kembali ke loket petugas dan serahkan slip pembayaran, lalu kita akan dikasi copy slip dan tanda terima. Inilah yang kita gunakan untuk mengambil legalisiran. Lama proses legalisir adalah 3 hari kerja.
Ohya, untuk specimen tanda tangan, itu maksudnya adalah, contoh tanda tangan dan stempel lembaga yang menerbitkan dokumen kita. Kalau akte dan SKBM adalah kantor catatan sipil dan biasanya yang tanda tangan adalah kepala dinasnya. Jadi bisa minta specimen tanda tangan di bagian Tata Usaha kantor capil tersebut. :)


2. Kementerian Luar Negeri
Kemenlu hanya mau melegalisir dokumen yang sudah mendapat legalisir dari kemenkumham. Disini prosesnya lebih simpel. Tinggal dateng, ke loket 4 dan menyerahkan dokumen sebagai berikut:
- Dokumen yang akan dilegalisir
- Fotokopi dokumen yang akan dilegalisir
- Fotokopi KTP
- Surat permohonan legalisir (sudah disiapkan tinggal ngisi2 aja)
- Materai 6000 sejumlah dokumen yang diterjemahkan
- Map (apa aja)
Disini kita cukup membayar Rp.10.000 per lembar legalisir. Dan lama proses 3 hari juga. Kantornya di Pejambon deket RSPAD, belakang kantor Pertamina.

3. Kedutaan Jerman
Kedutaan hanya akan melegalisir dokumen yang sudah mendapat legalisir dari Kementerian Luar Negeri. Disini saya melegalisir Akte Kelahiran, SKBM dan paspor. Untuk surat domisili tidak perlu. Dan yang dilegalisir adalah semua yang ASLI, kecuali paspor hanya fotokopinya yang dilegalisir. Legalisir di kedutaan bisa ditunggu, hari itu juga bisa jadi. Syaratnya:
- Dokumen yang akan dilegalisir
- Fotokopi dokumen yang akan dilegalisir
- Hasil terjemahan dokumen yang akan dilegalisir
- Menunjukkan paspor DAN KTP
- Tidak perlu map, materai dll
Biaya legalisir untuk Akte dan SKBM adalah 25 Euro per lembar dan dibayarkan dalam rupiah. Untuk paspor hanya 10 Euro.

Nah, kalau semuanya sudah beres, bisa mulai cari tanggal untuk bikin appointment pengajuan visa.
Bisa dilihat2 disini Visa Termin

Sampai saat saya menulis blog ini, saya belum dapat panggilan untuk pengambilan visa saya. Haha..ya iya..lha wong saya baru seminggu kemarin apply-nya. Oleh petugas diberi tahu, kira2 lama prosesnya 6-8 minggu. dan kita akan ditelpon jika visa sudah siap.

Mudah2an pengalaman saya ini bisa membantu. Dan jangan pernah segan-segan untuk meng-email saya untuk sekedar berbagi info atau share pengalaman.
Link resmi kedutaan Jerman untuk persyaratan visa menikah, klik disini (persyaratan pernikahan) dan disini (berkas yang dibutuhkan)

Boleh dibaca juga pengalaman saya setelah visa saya di-approve disini: Finally: APPROVED!
Dan apa aja yang perlu dilakukan setelah tiba dan menikah di Jerman?
Lapor Diri di Rathaus Setempat
Lapor Diri di Ausländerbehörde dan Perpanjangan Visa
Lapor Diri di Konsulat RI di Jerman

And if you have more time and pleasure, please drop by to watch how our wedding day was! Just click here: Our Wedding Day

Liebe Gruesse,
Fannie

Tuesday, January 22, 2013

Jakarta (BUKAN) hanya kota penuh kepalsuan!

"Bapak itu Yesus yang lagi menyamar. Saya yakin!"

Kata-kata itu terus saya gumam-kan sedari siang. Saya tidak bisa berhenti mengucap "Trimakasih Tuhan...Trimakasih Tuhan.." sepanjang hari ini dan entah sampai kapan. Mungkin bagi orang lain, kejadian yang saya alami ini biasa dan cenderung ceroboh alias bodoh!. Tapi bagi saya bodo amat, yang penting saya masih slamet dan bisa nulis cerita kali ini.

Berawal dari blog saya sebelumnya tentang bagaimana saya harus berdamai dengan hukum untuk melegalkan hubungan saya dengan seseorang, sebut saja Parjo. Ada beberapa carik kertas yang harus saya legal-kan juga keabsahannya. Tadi pagi, seperti biasa, angkutan andalan kota penuh kepalsuan ini, sebut saja busway, sudah menunggu saya. Meluncur-lah saya ke satu kementerian yang khusus menangani hubungan negara kita Endonesa dengan pihak Luar Negeri. Tidak butuh lebih dari 10 menit disana, urusan saya sudah kelar. Maklum, sudah dapet remunerasi kali yeee.. Hehehe.. Oh ya, ga ngerti apa itu remunerasi? Tanya google donk ah... Gitu aja kok repot. Hahaha... Dari situ, saya harus menerjemahkan surat-surat saya itu ke bahasa  negara Si Parjo ini di penerjemah tersumpah. Yang jelas bukan bahasa tubuh lah, kalau itu juga saya bisa ngatasin! Kan komunikasi saya dengan Parjo juga bahasa tubuh lah. Hahaha..

Dari daerah Pejambon dengan disertai insiden kepeleset dan celana jeans penuh ledok, saya nge-busway lagi ke arah Blok M. Yang suka belanja pasti tau lah daerah ini. Agak susah sih nyari tempatnya, tapi untungnya lah, saya udah biasa jalan kaki kemana-mana, jadi ya saya cari alamat itu, ya iya, jalan kaki! Gak jauh lah dari Blok M Square. Paling 7 menit jalan kaki. Cumaaaann, nyari jalannya yang susah, dari 7 menit jadi 27 menit deh. Hahaha... Bergiranglah saya pas nemu kantornya, bayangan saya sih kantornya gede, eh ternyata kayak rumah biasa, dan didalemnya cuma ada 3 pegawai. Cuma di pagar depan ditulis "Louis Liem". Dengan senyum semanis madu, saya sampaikan maksud kedatangan saya. "Mau nerjemahin mbak. Kira2 jadinya kapan ya?" tanya saya. "Ibu mau kilat atau gimana?Kalau kilat kita ga bisa. Kalau biasa jadinya tanggal 12 Feb ya bu " kata mbak Siti (bukan nama sebenarnya). Buset!!!! Si Mamah bisa pingsan kalau aku jadi parasit sampe bulan depan. Hahahahaha..Becanda nih si Siti. Saat itu juga saya putuskan untuk menelpon penerjemah tersumpah lainnya, di daerah Petukangan. Jangan tanya saya itu dimana. Saya juga sumpah nggak tau. Pak Robani (si penerjemah) dengan gaya cool bilang "Ohhh..cuma itu..kalau hari ini dianter, besok bisa jadi mbak..." Saya langsung jatuh cinta sama Pak Robani. Tapi, Petukangan itu dimana yaaaa... Berhubung hari ini saya lagi kaya, saya pilih TAKSI! Dan sungguh sesuatu! Jalanan lancar jaya tanpa macet, setelah bayar IDR30.000, saya turun dan lagi2 siap menyungging senyum manis. Setelah dibukakan pintu, ada "klien" lain disitu. Sebut saja Pak Haji Sadikin. Pake peci putih sih. Hehehe, kali aja emang pak haji. Hehehehe... Pak Haji rupanya juga ngambil hasil terjemahan, saya juga ngga tau punya dia apa bukan. Saya juga ga nanya sih. Setelah sepakat bahwa besok bisa saya ambil hasilnya, saya pamit pulang. Dan ini sedikit percakapan saya dengan beliau:
"Rumahnya dimana Neng?". 
"Saya tinggal di daerah Cikoko, Pak. Maaf pak, kalau dari sini ke Cikoko gimana ya pak?"
"Oh..Cikoko arah Pancoran?"
"Iyah Pak..." (muka manis lah pokoknya)
"Oh..bareng saya aja neng, saya mau ke KumHAM di Kuningan. Searah tuh. Udah sekalian aja"
........(diem dulu)......"Mmmmm...boleh deh Pak kalau ngga ngrepotin. Tapi helm-nya mana Pak?"
"Ah enggak, kan searah...Udah ga usah helm, pake peci saya ajah.."
"......%^&**&^%$......." (dalam hati, pake peci? ya udah lah..lumayan bisa ngirit ongkos taksi)

Pas di jalan saya baru nyadar, waduhhh, sekarang lagi musim tuh perkosaan dan yang begituan.. Jangan..jangan... Ah! Tapi enggak ah! Positif thinking aja. Dibawah teriknya matahari, kejam dan macetnya Jakarta, plus rasa was-was tingkat dewa bakalan di-pentung polisi gara-gara cuma pake peci, meluncur lah kami berdua. Naik motor Pak Haji. Dan saya? Pakai peci putih donk!. Sempet kawatir karena juga gak tau jalan, tapi dengan bekal pengetahuan sedikit tentang jalanan ibukota, saya tau, Si Pak Haji menuju ke arah yang benar. Pancoran! Setelah hampir satu jam perjalanan, tebak! Saya benar-benar diantar sampai di depan gerbang kost-an teman saya. Begitu saya turun, saya kembalikan peci putih beliau. Dengan senyum ramah penuh gurat keriput, Bapak itu pamit tanpa minta uang sepeserpun. Tapi, berhubung saya juga bukan anak muda yang tidak tau diri, tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya beri imbalan yang saya yakin nilainya tak-seberapa dengan ketulusan hati beliau. Dengan sekali lagi tersenyum dan pamit, beliau mengucapkan "Terima kasih Neng, semoga barokah ya...". Pergilah beliau. Terbersitlah dalam benak saya "Bapak itu sepertinya Yesus yang lagi nyamar".

Bagi sebagian orang, pasti ada yang berpikir, untung kamu ga diapa2in..untung kamu begini..untung kamu begitu. Dan mungkin keputusan saya untuk meneriwa tawaran Bapak itu terkesan ceroboh. Mengingat ini ibukota yang lebih kejam dari ibu tiri. Tapi saya percaya, kalau kita tulus pernah menolong orang, suatu saat Tuhan membalas. Saya cuma berdoa dari hati saya yang paling dalam, semoga Tuhan memberikan rejeki yang selalu cukup untuk Si Pak Haji tadi. Dan kalau memang beliau memang bukan haji atau belum haji. Doa saya untuk beliau, mudah2an dibukakan jalan untuk bisa naik haji. :)

Well, hari ini saya juga mengalami sendiri, kalau tangan Tuhan itu memang dimana-mana. Tuhan bisa hadir dalam wujud siapa saja dan apa saja. Selama niat kita baik dan cara yang kita tempuh itu baik. Tuhan pasti buka jalan. Cepat atau lambat itu bukan wewenang kita. That's God's authority.
Treat the world nicely and the world will treat the same way.

Cikoko Barat.
23 .01.2013
14.54 WIB

Bule itu....

Well, sebenarnya saya pingin nge-(go)blog tentang tema ini udah lama banget. Dan kebetulan, pagi tadi saya dapet banyak banget notif di email saya yang judul thread-nya "Mengapa Gaul Sama Bule?".Di thread itu dibahas gimana kaum lokal (sebutan untuk orang Indonesia, maaf kalo terlalu diskriminatif) memperlakukan para bule ini sedikit "luar binasa". Hahaha..ga boleh protes ye..saya suka pilih kata2 berbau sarcasm untuk blog saya. Lha iya, wong blog saya sendiri kok. Yang gampang sensi ga usah lah buang2 bandwith buat buka! Kalo gak tau apa itu bandwith, lagi2 tanya mbah google yaa! Hahaha..

Disitu banyak para "lokal" yang curcol gimana terkadang si para Caucasian itu mendapat perlakuan istimewa. Coba deh liat, gimana amazednya cewek2 kalo ngliat pria-pria bermata biru dan berambut pirang. Ato cowok2 tuh, pasti kalo search bokep, pasti yang bintangnya berkulit putih bermata hijau dan berambut burgundy. Hahahaha.. Tapi coba kalo si Parjo tukang sate yang lewat.. Pasti langsung dicium, bau satenya! Atau si Petro yang main bokep. Pasti buanyakkk yang download, buat nakutin kecoa ama tikus di dapur. Hahaha..

Sudah..sudahlah ngawurnya..serius nih sekarang.. Jadi seperti yang saya bilang tadi. Dari thread yang saya baca itu, saya jadi ingat dan berpikir bagaimana terkadang kita terlalu mengagung-agungkan produk "bule". Kali ini saya ga akan bahas tentang barang2nya. Gimana rasanya punya pacar/gandengan/gebetan/temen bule? Widiiihhh... Pasti udah berasa kayak Miranda Kerr digandeng ama mas Orlando Bloom dah. Hahahaha... Berasanya bangga banget gitu ya. Apalagi yang pas kejatuhan durian runtuh, dapet gandengan si mbak/mas bule yang cakep. Pasti dalam hati pada nyukurin si mantan karena udah ninggalin atau nyelingkuhin. Hahahaha... Maap ye, buat situ-situ yang punya pacar bule, jangan tersinggung ya. Atau buat kamu-kamu yang pernah ninggalin seseorang dan sekarang seseorang itu udah dapat pujaan hati sekelas Rosie Huntington yang tinggi semampai bermata hijau. Jangan manyun dan gigit jari yak! Dunia kadang memang kejam dan tidak adil kok! Hahaha...

Well, tapi apa emang apa sih bangganya?

Bukan sombong tapi hanya sedikit pamer. Lagi2 kalau mau protes, boleh klik tombol silang merah di pojok kanan atas! Hahaha.. Tidak sedikit orang heran dengan hubungan saya dengan Boss saya kali ini. Banyak malahan yang bilang kalau saya pake aji2 mutiara hitam dari Ambon untuk memikat pria bermata biru berambut pirang dan bersenyum super manis ini. Ada yang bilang kalau emang selera pria bule itu emang kayak saya, berkulit gelap. Ada yang lebih sadis bilangnya, bule itu memang suka muka-muka (maaf) pembantu. Hmmmm sesadis-sadisnya mulut saya dalam berkata-kata, pernyataan terakhir itu bener-bener deh. Gimana sadisnya saudara sebangsa kita ngatain saudara sebangsanya sendiri. FYI, saya mendengar sendiri pernyataan itu. Saya memang tidak boleh men-generalisir sesuatu. Tapi saya ingin berbagi apa yang saya alami.

Mungkin ini cerita one in a million, mungkin saya terlihat mengagung-agungkan. Tapi cerita bukanlah cerita kalau tidak dibagi. Ini hanyalah masalah sudut pandang. Sudut pandang saya sebagai perempuan. Tidak bisa dipungkiri, kalau daya tarik fisik masih menjadi titik berat dalam penilaian terhadap seseorang. Di Indonesia, dalam memilih pasangan misalnya. Yang ditanyain pasti fotonya dulu. Yang dilihat pasti mukanya dulu. Terkadang mereka bahkan tidak memberi kesempatan untuk mengenal lebih dalam. Mereka step-back ketika secara fisik, kriteria tidak memenuhi. Gimana mau tau inner beauty-nya kalau gitu aja udah mundur? Padahal banyak pria dan wanita Indonesia dengan kepribadian yang super unik dan bersahaja. Tapi lagi-lagi terhalang oleh batasan fisik yang hanya sebagai pemuas mata. Menurut saya,disini bedanya dengan bule, they never care about your past, how you look like, what your job, mereka akan selalu appreciate you as you in the present.

Percuma kamu cantik, tinggi semampai tapi kalau otak kamu kosong dan cuma bisa make-up total abis kayak lenong. Percuma kamu pakai baju semahal apapun tapi kalau kamu lebih mengagumi wajah palsu kamu dibalik bulu mata palsu daripadi wajah lusuh kamu yang keringetan dengan satu dua atau selusin jerawat. Mereka lebih seneng ngobrol berlama-lama dengan orang yang berwawasan, yang nyambung kalau diajak ngobrol. Bukan berarti kamu harus tahu segalanya. Tidak! Tapi ya jangan o'on2 amat lah. Dan yang terpenting. Kamu jadi dirimu sendiri. And you are proud of it. Lihat aja Boss saya, saya yakin, kalau dia mau, dia pasti bisa cari cewek yang lebih exotic dari saya. Tapi bagi dia, it's more than that. Itu sebabnya boleh-lah saya bangga. Seumur hidup, cuma Mama saya sama dia yang bilang saya cantik. Hahaha... Kedengeran gombal sih.. Dia melihat bukan hanya kulit luar saya, dia bisa melihat hati dan otak saya. Itu yang bikin saya bangga. Dia tidak hanya menilai dari fisik semata. Dan terlebih dan terpenting, kayaknya dia itu bule gila. Mana ada orang waras yang bilang saya ini cantik. Hahaha...

Haahhh..sudah...sudah...humans are humans...suka-suka deh mau mikir apa. Kadang, gak bule gak lokal gak cowok ga cewek, brengsek ya brengsek ajah. No offense!! Hahaha

Wednesday, January 16, 2013

Those are (not) just a name

Jesus. Meyer Maxens. Clementia Nuhuyanan. Matheus Carol Sedianus. Fransiskus Wige Soren. Veronika Ivana Nuhuyanan. Nadyasari. Kris Priatmoko. Endang Wahyu Andayani. Monika Nur Utami Prihastyanti. Reynetha Rawendra. Andrew Tjandradjaja. Ika Mariana. Rahma Mardiana Widiaswanti. Robi Giriadi Hartoyo. Dayah Vogel. Ignacius Dhani Sukaryono. Riardi Pratista Dewa. Ardiansyah. Denny Jondewy Rutumalessy. Joice Kolanus. Komers Rio William Manduapessy. Eng Raharusun. Etty Rahaded. Maria Mediatrix. Bernard Widhiartadi. Adhe Citra Widiatmoko. Christoph Müller. Iulius Carebia.

and...

Timo Schindowski.

God has created you all for many purposes in my life, to guide me, to lead me, to keep me, to watch me, to save me, to give me a life, to take care of me, to educate me, to love me, to be loved so much by me, to warn me, to help me, to advice me, to teach me...simply to make my life far away from "boredom". You all are the hands of God.





And God created two hearts but only one soul for me and you, Timo Schindowski. Lucky me to share my soul with you.

Those are not just a name, but they are living angels. At least for me, in this universe.

Earth, 16 January 2013
21.40

Tuesday, January 8, 2013

Ini Jakarta, Bung! (lagi-lagi kota penuh kepalsuan)


Saya dedikasikan tulisan saya ini untuk para kaum urban yang kuat bertahan di kerasnya ibukota.



Krik..krik...
Garing juga ga ngapa2in nih, bosen dan mata penat habis baca buku pinjeman Jeng Pororo, "24 Wajah Billy" by Daniel Keyes, baru 48 halaman aja sih. Recommended book to read. Tapi buat Anda yang sukanya K-Pop kayaknya terlalu serem deh baca buku beginian. Hahaha.. Pas buka laptop, terus keinget kejadian tadi pagi. Bukan apa-apa sih, tapi lagi-lagi mungkin tulisan saya kali ini menunjukkan rasa sentimen saya terhadap kota sejuta umat, Jakarta. Hahaha..

Pagi tadi, saya ada janji dengan kedua karib saya (temen se-kementerian dulu, tapi sekarang tali silahturahmi kami masih terjaga sangat baik) untuk makan pagi. Menunya soto bening di depan kantor kementerian tetangga. Sebelahnya ada ketupat sayur yang santen-nya bokkk ajibbb...Tapi hari ini dipilihlah soto! Nasi separo, tanpa kecap, kubis-nya banyak-in. Ala saya gitu deh. Hehe.. Nah, untuk menikmati semangkok soto dengan nasi separo, tanpa kecap dan kubisnya dibanyak-in itu, ya haruslah saya ke kantor kementerian itu. Habis mandi, dandan setengah total (kalo dandan total bisa bahaya) teruslah saya bergegas keluar dari kost-an temen saya. Jalan kurang lebih 500-600 meter untuk sampai di bibir jalan raya dan menapaki puluhan anak tangga, naaahhh barulah sampai di shelter Tebet BKPM (kalo yang ga tau shelter itu apa, lagi-lagi tanya mbah Google yak). Setelah bayar 3500IDR, masuklah saya. Widiiihhh...terhenyaklah saya pas liat antrian panjang di lorong shelter itu. Dalam hati "Jakarta Trooo..Jakarta..Biasaaa...". Setelah nunggu 3 busway yang penuh-nya udah amit-amit, datanglah busway ke-4. Penuh juga sih, cuma orang edan yang mau dempet-dempetan di kaleng berjalan begituan. Tapi berbekal petuah orang-orang jaman sekarang "Ora edan, ora keduman..", melompatlah saya ke kaleng kotak berjalan itu. Dan..Hiyyyaaakkkk!!! Bahkan untuk memalingkan wajah aja ga bisa! Damn! Masih untung bisa napas, meskipun yang dihirup itu bau ketek orang-orang yang entahlah entahlah dan entahlah. Selasa pagi dan jam orang berangkat kantor. Hmmm, salah sendiri ngapain jam orang ngantor malah ngluyur. Hahaha.. Kapok! Makan tu Jakarta! Nah, itu baru sekali saya ngrasain gimana harus bejubel untuk bisa sampai di kantor temen saya dengan cara yang hemat. Ingat, dengan cara yang hemat! Bisa aja sih naik taksi atau ojek, dengan konsekuensi, pengeluaran untuk transport memang kudu ekstra. Atau kalau mau, ya berangkat aja lebih pagi-an. Ntar nyampe kantor-nya juga pagian. Nemeni OB deh. Hahaha.. Mmmmhh bener-bener deh, ga kebayang kalau tiap hari harus kayak gitu. Honestly, buat saya, it doesn't make any sense. Bukan saya tidak bisa, tapi ndak mau. Hahaha...Salut buat mereka yang bisa bertahan di kota penuh kepalsuan ini. Bener kata orang, kalo lulus uji hidup di Jakarta, pasti bisa hidup dimana aja. Tapi, (selalu ada tapi di setiap kalimat manis saya..hahaha...) ngawurnya orang-orang ibukota biasanya juga jadi nyebar kemana aja. Hahaha...
Jakarta...Jakarta...oh Jakarta...

Cikoko Barat
8 Januari 2013
16.12 WIB

Sunday, January 6, 2013

Tuhan, Kamu pasti bercanda!

Kamis, 3 Januari 2013
12.19 WIB

"Mbak specimennya sdh jadi, diambil besok ta? Rumah sampeyan dimana se?"

Yiipppiee..sumpah!! Dari bulan lalu, tahun lalu juga sih, SMS itu bener-bener jadi SMS yang ditunggu. Melebihi dari apapun. Bermula dari keputusan saya dan seseorang, sebut saja Parjo, untuk mengakhiri kisah lama dan hendak memulai dengan kisah yang baru untuk hidup bersama. Nah, mau tidak mau Hukum harus menjadi pihak ketiga di antara kami. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk me-legal-kan hubungan kami. Sungguh luar biasa...dan nista! Hahaha.. Hush! Cangkem!

Mulailah saya pergi kesana kemari, tanya kesana kemari, sampai pada akhirnya mulai saya bergerak dengan  semua bekal yang saya punya. Dari pengalaman saya mengurus segala sesuatu-nya (tanpa bantuan calo atau siapa pun), saya mendapati sistem di Endonesa ini sungguh rapi dan sangat baik. Tapiiiii, iya lah ada "tapi"-nya, masih banyak oknum yang tidak meng-indah-kan sistem itu, Sungguh disayangkan. Kalau saja mereka cermat dan tepat mengikuti sistem, semua pekerjaan akan selesai tepat pada waktunya. Mereka senang, masyarakat senang. Namun apa boleh buat, budaya dan ritme kerja yang lambat dari generasi (maaf) tua memang sudah mendarah daging. Budaya kerja hampir menggerus kemajuan sistem yang praktis dan taktis. Namun, bisa saya katakan, tidak pada semua institusi, lini atau bahkan oknum hal tersebut terjadi. Masih banyak institusi yang sungguh mengindahkan reformasi birokrasi. Mungkin saya lagi apes, makanya bisa terjebak dalam lautan keruwetan birokrasi.  Sebagai contoh, di kota saya tinggal yang notabene bukan kota kecil, dibutuhkan waktu 7 minggu dan 3 hari untuk pengurusan kutipan kedua atas surat kelahiran saya. Padahal di salah satu kabupaten yang tidak begitu besar, hanya butuh waktu 2 hari. Kebayang gak? Dengan sistem komputerisasi dimana akses internet dimana-mana, lagi-lagi kinerja kaum urban masih patut dipertanyakan. Well, forget this part! No longer my businees. Hahaha.. Tapi, itu bagian pertama yang membuat saya berpikir "God must be kidding me!". Hahaha

Kembali ke sms tadi, begitu mendapat SMS keramat itu, ingin hati saya untuk segera membeli tiket untuk terbang ke Jakarta, yang kata temen saya adalah kota yang penuh kepalsuan. Jadi, keesokan harinya saya bisa segera mengurus segala sesuatunya. Namun, salah satu temen baik saya bilang "Ndak usah, ngapain jumat2 ngurus. Senin aja.". Bener juga kata dia. Jadilah saya beli tiket untuk terbang di hari Minggu. Sesampai disana, puji Tuhan ada teman saya yang berbaik hati mau menampung saya. Pas sampai di-kost-an dia, saya mandi dan biasalah basa basi dulu ama teman-teman kost yang lain. Nah, siap menuju "God must be kidding me part II". Salah satu teman kost temen saya bilang, kalau salah satu kantor kementerian X kebakaran. Eeeeeaaaaaa!! Eng ing eng!!! Itu kan kantor yang mau aku datengin besok! Sungguh oh no! Tapi untungnya, saya dianugerahi karunia kesabaran tingkat hampir dewa, jadi saya putuskan untuk tetap pergi keesokan harinya. Toh, di kementerian itu ada banyak gedungnya. Mungkin juga bukan gedung bagian yang mau saya datengin yang kebakaran.

Keesokan harinya... (Senin, 7 Januari 2013 09.46 WIB)
Semakin meyakinkan saya, I hate this city. Hahaha.. Macet dimana-mana. Heran, demen banget yak orang mengadu nasib disini. Lagi-lagi, their choice! No longer my business. So, berangkatlah saya pake busway, turun, jalan kaki, oper kopaja. Tibalah saya di kementerian yang posisinya ada di daerah Kuningan ini. Dengan menyungging senyum semanis-manisnya, berharap bukan gedung "itu" yang kebakaran, masuklah saya ke kompleks perkantoran yang asri itu (lebih asri dari kementerian saya dulu..hahaha). Sesuai dengan petunjuk dari mbah Google saya menuju ke pintu utara dan mencari gedung "itu". Terperanjatlah saya ketika melihat puluhan polisi lagi duduk dan berdiri dan beberapa lagi ngopi di depan gedung "Direktorat Administrasi dan Umum". Dan, guess what? Ada police line di sekeliling gedung yang "itu". Oh no! Such a nightmare! Yak! Ternyata gedung "itu" yang terbakar. Bergumam dan tertunduk lesu. Saya balik ke kost-an temen saya. Di busway saya berpikir. Mungkin Tuhan emang lagi bercanda. Tapi saya suka candaan Tuhan kali ini. He knows much better than me. Bayangkan kalau saya ngotot submit semua dokumen saya hari Jumat, I would never know what would happen. Mungkin surat kelahiran saya yang dibuat hampir 2 bulan lamanya itu ikut terbakar. Atau mungkin entahlah...Noone knows. Mungkin saat ini, semua urusan saya jadi terhambat. Tertunda. tapi saya percaya. There must be a reason. Maybe God is really kidding me, or maybe He is not...

7 Januari 2013
Cikoko Barat - Jakarta
10.55 WIB

Friday, January 4, 2013

"Kapan nikah?"

"Kapan nikah?"

Udah ngga tau deh berapa puluh kali ditanya orang "Kapan nikah?"; entah teman lama, kenalan, mantan guru, mantan dosen, temen-nya temen, tetangga, temen-nya tetangga, temen-nya adiknya tetangga. Atau entah-lah siapa itu. Hahaha.. Reseh! Wih... Sombong bener sampe bilang reseh segala. Hahaha.. Ya iyalah.. Ngapain juga ditanya2 coba. Masih kuliah ditanya kapan lulus, udah lulus, ditanya kapan kerja, masih jomblo di usia mendekati matang, dijadiin bahan omongan ibu-ibu Dharma Wanita, punya pacar ditanya mulu kapan nikah, udah nikah, ditanya mulu kok belum punya baby. Buat orang-orang mungkin sih biasa, tapi buat saya, saya sungguh tidak nyaman jika ditanya seperti itu. (Yang lain ga boleh protes ya, lha wong ini pendapat saya).Rencana studi, rencana menikah apalagi rencana atas masa depan adalah impian pribadi seseorang. Apalagi jika seseorang itu terlihat "seolah-olah" mencemaskan masa depan saya. Hahaha... Ridiculous!

Nah, lewat perenungan saya semalaman, ada beberapa hal terpikir. Mendekati usia rentan (baca: 30 bagi cewek), para wanita yang khususnya tinggal di wilayah suburb akan mendapat tekanan dan beban sosial yang sedikit lebih berat. Misal: disaat semua temen kuliah Wati yang seangkatan sudah pada menikah, bahkan sedang menunggu kelahiran anak kedua, Wati masih ber-asoy ria dengan 2 sahabat lain-nya. Sebut saja Harum dan Roro. Apalagi ketiga-nya masih jomblo. Eeeeaaaa... Terkadang, hanya dengan mendapat undangan pernikahan atau mendapat broadcast BBM "Telah lahir putra kami...dst..." dan tanpa ditanya hal apapun,dua contoh tersebut sudah menjadi tekanan sosial tersendiri bagi kaum suburban (kalo ngga ngerti apa itu suburban, tanya mbah google ya). Kekhawatiran akan omongan orang dan paradigma kalau cewek nikah telat itu cewek ndak laku, sudah menjadi beban sosial tersendiri. Begitu juga dengan mereka yang masih hangat2nya menjalin tali asmara, baru berpacaran seumur jagung, apalagi yang berpacaran seumur pohon nangka, waaaa wess...harus siap menghadapi kaum reseh dengan pertanyaan "Kapan nikah?".  Hahaha..

Nah, untungnya sih, temen-temen deket saya bukan orang yang kolot, reseh bin ajaib yang suka menambah2i beban kehidupan saya dengan beban sosial syndrom "kapan nikah?". Saya tidak mau ditampar makanya saya tidak mau menampar. Jadi, kalo ketemu saya dan saya tanya "Kapan nikah?", tampar saja saya! Hahahaha...

Kaleidoskop 2012: My year!

















Januari
Melewati hari pertama tahun ini dengan Rahma dan Robi di Ancol.
Bertemu Iulius, Dragos dan Dan. 
Dapat "surprised-call" dari Bossy via Skype waktu nunggu boarding di Terminal 1C Bandara Soe-Hat.
Terbang ke Ambon.
Dapat tawaran istimewa dari Bossy. Bingung. Ge-eR. Seneng. Dan diputuskan : Tawaran DITERIMA!
Main ke pantai bareng Kemenhut Crew (ultah mas Be)

Februari
Galau. Ga percaya atas rencana petualangan mengejar cinta.
Valentine. Virtual valentine kiss.
Birthday surprise dari murid2.
Terbang. Mengejar cinta.
Official meeting with Boss.

Maret
Best month of the year. Resmi dapet pacar.
Phuket. Bossy. Best holiday.

April
Paskah. Ketemu Bebi setelah 2 tahun dan kejadian "itu".
Minta restu Mama Papa.

Mei
Normal. Kangen berat sama Boss.

Juni
Terbang ke Makassar. Tes TOEFL.
Boss booked tiket untuk meeting di Indonesia.
Pengajuan surat resign.

Juli
Resign. Kembali ke Malang. Jemput Boss. Pacaran. Visa Schengen.
Ambon, Malang, Jakarta, Bali.
Boss's birthday.

Agustus
Liburan bersama Boss. Bali, Malang, Bangil, Sempu.
Sedih. I'm engaged. :)
Cara melamar paling gila!! Dan romantis!! Unforgettable.
Bandung bersama Bebi!
Resmi jadi anggota padepokan.

September
Andrew's wedding. Les jerman. Big decision was made.

Oktober
Mulai mengurus dokumen. Jadi anggota harian block-office.
Dapat murid baru (Steven, Aldo, Vivi) :)

November
Tata's engagement!! Masa penantian dan ujian kesabaran menghadapi biro-crazy ala Endonesa!

Desember
Yay!!! Lulus tes A1 Jerman dengan predikat "Sehr Gut". Uhuy!! Akte kelahiran baru jadi setelah 7 minggu dan 3 hari. Indonesia!! Second Christmas with Bossy! Menghabiskan masa Natal bersama Miung dan Nana. I'm so blessed! Misa tutup tahun dengan tragedi lampu gereja yang terjun bebas dan pecah berkeping-keping.

Frohes neues Jahr, leute!!