4. Budaya berkendara
Baiklah! Untuk orang2 di negara saya mungkin ga seberapa penting ocehan saya yang ini. Terlebih mereka2 yang suka bawel kalo disuruh jalan kaki. Jerman, (lagi2 menurut saya) merupakan negara yang amat sangat menghargai pejalan kaki dan pengendara sepeda pancal (lagi blank bahasa baku untuk pancal nih, google ajah yak!). Selalu ada ruas tersendiri untuk pejalan kaki DAN pengayuh sepeda. Hampir di setiap persimpangan jalan ada traffic light yang bisa dipencet kapan saja bagi pejalan kaki yang mau nyebrang. Dan kalo misalnya ada kasus nih, nenek2 nyebrangnya pelannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn banget, sampe lampunya udah keburu merah lagi. Si pengendara pasti dengan sabar, tanpa ngomel apalagi jancuk2, menunggu sampai si nenek tiba dengan selamat di seberang jalan. Coba nang o Suroboyo, minim di-jancuk-i lah! Hahaha... Dan, satu lagi. Disini, lampu kuning itu bener2 untuk bersiap2 ketika hendak hijau, dan mengurangi kecepatan disaat hendak merah. Bukan justru tancap gas takut "keburu merah". The most O'ON attitude pengendara di negara saya.
5. Country for disable and elder people :)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0p2bDu-BH8cvmEAEDPtkFyPKL7VSdMaYtOPi6_lI-0m1wStxoQPdM8w3c6lTKq0upPIryOiONQ_z9agS8MTqv1noWWWk4qAyrxhuQr4OKWalKOVGJ3rmBIuZVPLAUjyng-3DSWOdnwy7S/s1600/disabled-parking-space.jpg)
6. Beradat "lebih timur" daripada orang timur
Dari dulu saya bingung, kenapa sih ada frase "orang barat". Hahahaha... Udah lah.. Ga penting juga. Untuk opini saya yang satu ini bisa juga salah. "Beradat timur" disini yang saya maksud adalah budaya kata "tolong/please/bitte", "terima kasih/thank you/danke" dan "maaf/sorry/entschuldigung". Pelan tapi pasti, saya merasa, budaya ketiga kata tersebut hampir sirna ditelan orok bumi, terutama di kalangan muda di negara saya. Mentang2 wes konco plek, kalo minta tolong "eh eh...jupukno rokokku...!". Udah manggilnya "eh" tanpa kata tolong lagi. Apalagi kalo habis gondok2an satu sama lain. Susaaahhhhh banget minta maaf. Dan ini satu lagi, buat Anda2 yang berpendidikan tinggi, yang katanya lagi menuntut ilmu untuk jadi sarjana, have you ever said "thank you" to the angkot driver when you get down? Or do you always say short "hi" to the store keeper in Ind*mart or Alf*mart? Tunduk lesu saya. Bahkan ketika saya ingat2 attitude saya sendiri. Memalukan! Fiuh! Disini, saya selalu memperhatikan, di ruang tunggu dokter, ketika masuk bus/subway, ketika masuk supermarket, bahkan ketika berpas2an dengan orang yang tidak dikenalpun, most of the time, people here will say at least "halo". Ketika berpisah pun demikian, selalu bilang "Schoenen Tag noch!" yang artinya have a nice day! Dan itu S E L A L U!!!!! Pernah sekali waktu, saya naik bus, ketika naik otomatis saya ngobrol dengan si pak sopir karena saya harus bayar tiket. Tapi ketika turun, terbawa kebiasan di negara saya, saya main selonong tanpa ba bi bu.. Alhasil, si pak sopir ngeliatin saya. Saya mikir, apa yang salah? Begitu sadar, saya langsung tepok jidat. Bener2 tertohok. Lupa bilang "Tschüss!". Hal sederhana seperti itu yang hampir menghilang atau memang gak pernah ada di bumi pertiwi? Jadi, buat orang kurang kerjaan yang udah baca artikel saya yang ini, boleh lah mulai besok budayakan (kembali) hal2 kecil itu.
Hmmm....puas deh... Meskipun sebenarnya masih banyak hal positif yang saya sadari setelah berada disini. Bukan karena ini negara maju, bukan! Kalau dilihat dari nomor 1 sampe 6. Itu semua dasarnya adalah attitude. Perilaku yang baik dari seseorang bisa membawa perubahan yang baik pula. Percuma negara kaya kalau ngga ber-attitude. Jadinya ya tetep aja alay.
Ahrensburg, 29 Juli 2013. 23.35 (GMT+1)
Photo Courtesy by Google