Monday, July 29, 2013

Jerman, I'm in love! (part 2)

Nah, seperti janji saya di tulisan sebelumnya yang Jerman, I'm in love! (part 1). Kali ini di tengah turunnya hujan, saya bulatkan tekad untuk melanjutkan buah pikir saya tentang kampung halaman Si Parjo ini. Lanjotttt!!!

4. Budaya berkendara
Baiklah! Untuk orang2 di negara saya mungkin ga seberapa penting ocehan saya yang ini. Terlebih mereka2 yang suka bawel kalo disuruh jalan kaki. Jerman, (lagi2 menurut saya) merupakan negara yang amat sangat menghargai pejalan kaki dan pengendara sepeda pancal (lagi blank bahasa baku untuk pancal nih, google ajah yak!). Selalu ada ruas tersendiri untuk pejalan kaki DAN pengayuh sepeda. Hampir di setiap persimpangan jalan ada traffic light yang bisa dipencet kapan saja bagi pejalan kaki yang mau nyebrang. Dan kalo misalnya ada kasus nih, nenek2 nyebrangnya pelannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn banget, sampe lampunya udah keburu merah lagi. Si pengendara pasti dengan sabar, tanpa ngomel apalagi jancuk2, menunggu sampai si nenek tiba dengan selamat di seberang jalan. Coba nang o Suroboyo, minim di-jancuk-i lah! Hahaha... Dan, satu lagi. Disini, lampu kuning itu bener2 untuk bersiap2 ketika hendak hijau, dan mengurangi kecepatan disaat hendak merah. Bukan justru tancap gas takut "keburu merah". The most O'ON attitude pengendara di negara saya.

5. Country for disable and elder people :)
Hal lain yang menarik bagi saya, tanpa ada maksud apa2, tidak jarang saya melihat orang (baik tua atau muda) yang mungkin kurang beruntung dari kita. Satu contoh, mereka harus berkursi roda. Jerman cukup concerned dengan keberadaan mereka. Semua fasilitas umum dilengkapi dengan segala sesuatu untuk mereka yang memerlukan. Toilet selalu ada 3 ruang, Man, Woman and for Disable-People. Di dalam bus atau subway selalu ada space untuk mereka "memarkir" kursi rodanya. Di setiap stasiun hampir selalu ada lift khusus untuk mereka. Bahkan, pemerintah juga memberikan tempat parkir khusus untuk pengendara mobil yang juga disable. Dengan begitu, mereka tidak kawatir kalau2 mereka harus merepotkan orang lain. Sering loh saya ketemu opa2 atau oma berkursi roda, "jalan-jalan", minum kopi, belanja di pasar, SENDIRI. So sweet kan?

6. Beradat "lebih timur" daripada orang timur
Dari dulu saya bingung, kenapa sih ada frase "orang barat". Hahahaha... Udah lah.. Ga penting juga. Untuk opini saya yang satu ini bisa juga salah. "Beradat timur" disini yang saya maksud adalah budaya kata "tolong/please/bitte", "terima kasih/thank you/danke" dan "maaf/sorry/entschuldigung". Pelan tapi pasti, saya merasa, budaya ketiga kata tersebut hampir sirna ditelan orok bumi, terutama di kalangan muda di negara saya. Mentang2 wes konco plek, kalo minta tolong "eh eh...jupukno rokokku...!". Udah manggilnya "eh" tanpa kata tolong lagi. Apalagi kalo habis gondok2an satu sama lain. Susaaahhhhh banget minta maaf. Dan ini satu lagi, buat Anda2 yang berpendidikan tinggi, yang katanya lagi menuntut ilmu untuk jadi sarjana, have you ever said "thank you" to the angkot driver when you get down? Or do you always say short "hi" to the store keeper in Ind*mart or Alf*mart? Tunduk lesu saya. Bahkan ketika saya ingat2 attitude saya sendiri. Memalukan! Fiuh! Disini, saya selalu memperhatikan, di ruang tunggu dokter, ketika masuk bus/subway, ketika masuk supermarket, bahkan ketika berpas2an dengan orang yang tidak dikenalpun, most of the time, people here will say at least "halo". Ketika berpisah pun demikian, selalu bilang "Schoenen Tag noch!" yang artinya have a nice day! Dan itu S E L A L U!!!!! Pernah sekali waktu, saya naik bus, ketika naik otomatis saya ngobrol dengan si pak sopir karena saya harus bayar tiket. Tapi ketika turun, terbawa kebiasan di negara saya, saya main selonong tanpa ba bi bu.. Alhasil, si pak sopir ngeliatin saya. Saya mikir, apa yang salah? Begitu sadar, saya langsung tepok jidat. Bener2 tertohok. Lupa bilang "Tschüss!". Hal sederhana seperti itu yang hampir menghilang atau memang gak pernah ada di bumi pertiwi? Jadi, buat orang kurang kerjaan yang udah baca artikel saya yang ini, boleh lah mulai besok budayakan (kembali) hal2 kecil itu.

Hmmm....puas deh... Meskipun sebenarnya masih banyak hal positif yang saya sadari setelah berada disini. Bukan karena ini negara maju, bukan! Kalau dilihat dari nomor 1 sampe 6. Itu semua dasarnya adalah attitude. Perilaku yang baik dari seseorang bisa membawa perubahan yang baik pula. Percuma negara kaya kalau ngga ber-attitude. Jadinya ya tetep aja alay.

Ahrensburg, 29 Juli 2013. 23.35 (GMT+1)

Photo Courtesy by Google

Jerman, I'm in love! (part 1)

Judulnya catchy banget yak? Hahaha... Tapi emang saya emang bener2 sedang in love. Negaranya, makanan-nya (meski kadang2 aneh), attitude orang2nya. Semuaaaa. Jadi singkat cerita, begini ceritanya.

Pagi tadi pas beres2 rumah, nemu koran lama, koran jerman sih. Jadi saya kurang paham bener kalo baca. Hahaha... Cuma, sedikit2 ngerti lah poin-nya. Yang jelas headline news-nya kurang lebih kalo pake bahasa ibu pertiwi saya, bunyinya kayak gini: "Jerman, negara paling favorit". Nah, berhubung Si Parjo sedang mengais rejeki untuk mendukung kehidupan kami, jadi saya belum bisa tanya, atas polling apa, siapa responden-nya, dll. Bisa aja itu polling ga subjektif. Hehehe.. Tapi tanpa mengurangi rasa hormat saya ke negara2 lain apalagi negara saya sendiri I N D O N E S I A, yang sedang dalam masa pertumbuhan alias alay abis, saya setuju dengan headline dari koran tersebut.

Nah, bisa dibilang komen2 saya ini nanti bersifat subjektif. Ya iyalah, sok2 banget. Kayak udah pernah keliling dunia ajah. Hahaha... Baru juga seumur jagung merantau di negera orang udah bisa bilang ini itu. Tapiiiiii, seperti yang saya selalu bilang, ini blog saya, curahan hati terdalam saya. Suka suka saya duonk!! Hahaha... Mau saya bilang Mesir favorit kek, Ghana favorit kek, suka suka saya! *whistling*
Banyak hal yang bikin saya kerasan tinggal disini, selain ga perlu LDR lagi dengan Si Parjo, mertua yang super gaul dan terbuka dengan kehadiran menantu yang super pencilakan ini, negara yang bersih teratur dan...ini nih...harap digarisbawahi, orang-orangnya yang lebih "beradat timur" dibandingkan orang timur sendiri.

Membahas tentang negaranya. It makes me to be more in love with Germany. My second homeland.

1. Bersih
Semua orang pasti sudah pada tau, gimana peduli dan sangat disiplinnya bangsa di negara2 maju dalam menjaga kebersihan. Termasuk Jerman. Kamu pasti sudah dianggap edan kalo seenaknya buka kaca mobil terus buang tissue lewat jendela. Kalo Parjo lihat, pasti gini nih komennya: "Is he stupid or what...???!!??". Bahkan untuk secarik kertas kecil, orang lebih memilih untuk nyimpen di kantongnya sampe nemu tempat sampah terdekat. Sangat mudah mendapati tempat sampah.

2. Peduli Sehat
Sebelum saya menginjakkan kaki di tanah air Si Parjo ini, saya pergi ke dokter HANYA ketika saya sakit. Orang pasti mikir. Ya iyalah. Buang2 duit aja lo ke dokter pas sehat walafiat. Well, saya belum ada setengah tahun disini, tapi saya sudah nge-date dengan dokter mata, dokter kulit, dokter gigi, dokter umum dan karena saya perempuan (bukan perempuan jadi2an) jadi saya juga ngedate ama dokter ahli kandungan. Soon, ke dokter penyakit dalam dan THT. Apa karena saya merasa tidak baik2, bukan! Cuma sebatas kontrol. Cek en ricek apakah semua baik2 saja. Tapi karena saya punya kartu ajaib yang tinggal saya tunjukin pas kontrol dan ga perlu bawa uang cash. Kalaupun mesti bayar, ga perlu repot2 atau kawatir uangnya kurang, soalnya kita bisa transfer ke rekening rumah sakit atau si dokter. Yup! Mereka tinggal kirim invoice kerumah, kita transfer, DONE! Tapi beberapa kali saya ke dokter, saya tidak perlu bayar apa2. Kecuali ada resep yang harus ditebus. Itu baruuuuu! Bayar! Boleh ga bayar, asal mau masuk bui. Disini saya melihat tingkat kepedulian yang tinggi atas kesehatan. Warga sini tidak ragu gajinya dipotong sekian persen untuk kebutuhan asuransi kesehatan. Seneng yah yang kerja di asuransi disini, ga perlu sibuk "prospek" cari nasabah. Toh itu untuk kebaikan kita juga. Mudah2an rakyat di negeri dongeng segera pula disadarkan pentingnya asuransi kesehatan. Dan pihak asuransi juga, ga usah lah terlalu ribet kalau mau cairin polis. Kalo deadline bayar aja dikejar2, tapi ntar kalo pingin complain polis ada aja alaesannya (pengalaman pribadi). Semua itu emang balik ke attitude. Harus sama2 jujur.

3. Pajak
Hampir semua orang taat bayar pajak. Hampir 40% pendapatan orang bekerja masuk ke negara untuk pajak! Cetar banget kan? Hahaha... saya inget dulu semasa masih bekerja mengabdi pada nusa dan bangsa, disuruh bayar pajak 5% aja semua udah pada komplain. Hahaha.. Kalo menurut saya, ga masalah lah 40% toh seimbang dengan semua pelayanan publik-nya. Transportasi lancar dan aman, jalan raya ga bolong2, fasilitas umum rapi dan bersih. Coba, di negara saya semua jujur bayar pajak dan petugas pajaknya juga jujur, pasti bisa lah Indonesia jadi negara beneran bukan negeri dongeng. Tapi, kapannnnnn??? Hahaha...

4. bersambung....

Wednesday, July 17, 2013

My face is on vemale.com!!!

Ahrensburg, 17 Juli 2013

Pagi ini, seperti biasa, sebelum memulai aktivitas sehari-hari, diawali menyiapkan bekal makan siang si Parjo. Ga ribet sih, cuma 2 pisang, 2 apel, 1 cup besar yogurt, sepotong jahe segar, permen jahe, plus burger sayur. Tiap hari cuman itu. Hehehe.. He's the simpliest man I've ever met. Setelah itu, berhubung saya ini gila sos-med, jadi pasti nyempetin buka semua akun sosmed saya. Hahaha... Tapi hari ini ada yang spesial, pas saya buka Facebook, ada beberapa notifications. Ada satu yang menarik. Seorang sahabat baik saya mem"posting" sebuah link di wall saya. Sebuah artikel dari sebuah website yang temanya semua tentang wanita, kesehatan, cinta, dll. Dia editor disana, cukup senior sih menurut saya. Nah! Ternyata, ada foto saya disana!! Huahaha... Untuk ukuran orang super narsis kayak saya, pastinya seneng bukan kepalang. Setelah beberapa detik membaca, dia (si sahabat saya ini) menulis tentang bagaimana beberapa postingan saya telah menginspirasi dia. Ge-er bukan kepalang saya. Hahaha... Oleh karena itu, saya juga ingin mengabadikan artikel itu di blog pribadi saya ini. I feel so honored!!! Dan istimewanya lagi, dia memposting tepat sehari setelah ulang-bulan hari bahagia saya dengan si Parjo. Thanks to Agatha Yunita! Kurang lebih begini dia menulis:

Original Source: Hal Sederhana Yang Disebut Cinta by Agatha Yunita (vemale.com)

HAL SEDERHANA YANG DISEBUT CINTA
Vemale.com - Oleh: Agatha Yunita
Dulu, rasanya yang terbayang adalah yang muluk-muluk saat mendengarkan kata 'cinta'. Mungkin terpengaruh dari tontonan televisi, di mana disebut cinta kalau sudah melewati tidak diijinkan orang tua terlebih dahulu, kemudian tiba-tiba menemukan jalan yang bisa mempersatukan keduanya. Disebut cinta juga, kalau mendadak bertemu di stasiun kereta, kemudian jatuh cinta. Atau, disebut cinta kalau tadinya benci setengah mati, kemudian diam-diam suka.
Ternyata, bukan itu yang namanya cinta!
Kalau selama ini bayangan orang melambung yang megah-megah soal cinta, pantas saja akhirnya jarang di antara mereka yang bisa bertahan bahagia. Kebanyakan malah jatuh terpuruk, dan menemukan hati yang terluka. Singkat kata, mengaku TIDAK BAHAGIA. TIDAK DICINTAI.
Terlalu berharap. Mungkin itulah yang sebenarnya terjadi pada orang yang jatuh cinta. Semua bayangan yang ada di benak itu membuat buta, sampai-sampai cinta yang sebenarnya tak pernah disadari.
Dan kalau mata saya terbuka melalui sebuah postingan teman, saya juga ingin semua mata terbuka akan apa itu cinta sebenarnya.
Membuka sebuah akun Facebook milik teman, nyaris setiap hari postingannya diisi dengan hal-hal yang sederhana. Hal-hal kesehariannya, entah membuat kue, entah pergi ke pasar, yang jelas hampir semua wanita melakukan hal yang sama.
Lantas apa yang istimewa dari postingannya?
Beberapa postingan tersebut menceritakan bagaimana suami dan ibu mertuanya meninggalkan beberapa catatan kecil atau hadiah-hadiah kecil untuknya, tidak mahal. Mungkin hanya berbekal tepung terigu dan sedikit adonan cokelat saja sudah jadi hadiah buatnya. Terkadang juga disertai dengan bunga dan setoples atau sepiring kue. Sederhana kan? Rasanya seperti hal yang biasa.
Courtesy Petronela Schindowski Courtesy Petronela S.

Iya, awalnya saya juga berpikir demikian. Sampai pada akhirnya saya berpikir, kenapa itu jarang ditemui di negri sendiri yang katanya memegang erat adat ketimuran dan tahu tata krama ini? Kenapa hal sekecil itu justru gengsi dilakukan? Gengsi menunjukkan kasih sayang, gengsi menunjukkan cinta.
Ah, coba saja amati bagaimana saat anak mantu dan mertua bertemu, di depan semua orang bisa saja bersikap baik-baik. Namun, kalau sudah saling memunggungi, yang ada adalah bahan gosip, saling menjelekkan satu sama lain. Akui saja bahwa itu masih terjadi di sekitar kita. "Menantuku itu pemalas, kerjanya hanya main BB saja..." kemudian suatu kali disambung oleh si menantu, "Mertuaku itu bawel, kerjaannya ngurusin rumah tangga orang saja..."
Di sana, di keluarga 'baru' sahabat saya. Perlakuan mertua sangat hangat pada menantu, diam-diam memberikan kejutan setangkai bunga, diam-diam sudah membuatkan sepiring kue. Demikian juga perlakuan suami pada istri dan sebaliknya, sederhana namun tetap manis. Harganya mungkin tidak bisa disetarakan dengan harga mobil mewah atau rumah. Tetapi, perlakuan setiap hari yang seperti itu membuat rumah tangga jadi adem ayem. Membuat diri sendiri merasa dicintai. Membuat kebahagiaan itu rasanya mutlak, dan ya inilah yang disebut dengan bahagia. Yang mirisnya, jarang ditemui di tanah air.
Dan kalau lewat hal-hal kecil yang bisa membuat orang merasa dicinta itu orang bisa bahagia, kenapa sih kita tidak mulai melakukannya? Kenapa kita harus berpikir bisa membelikan suatu barang mewah baru membuat orang bahagia?
Buang semua khayalan muluk-muluk yang justru membuat mata buta akan cinta. Cinta itu dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan setiap harinya. Cinta itu dimulai dari hal-hal remeh yang mungkin gengsi untuk dilakukan. Cinta itu dimulai dari ucapan terima kasih atau maaf. Cinta itu dimulai dari senyuman pagi atau pelukan pada yang terkasih. Cinta itu mudah sekali didapatkan dari hal-hal kecil, dan murah sekali mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan. Syaratnya satu, jangan pejamkan mata lagi dan lakukan setiap hal kecil dengan cinta.
Iya, tepat seperti kata Mother Teresa, dan mungkin itulah yang tepat menerjemahkan kalimat"We cannot do great things, but we can do small things with great love."~ Mother Teresa (vem/bee)