Saturday, June 23, 2012

82 hours lost in Kuala Lumpur


Merdeka Square
Yuhuuuuu..setelah sekian lama tak berkutat dengan dunia tulis menulis, serasa canggung untuk mulai menguntai kata-kata. Hahaha.. Kangen banget menghabiskan sore hari dan akhir minggu untuk sekedar berbagi cerita melalui tulisan. Setelah beberapa saat menunda, akhirnya ter-eksekusi juga niatnya. Well, kali ini non-sense apaan lagi nih?
Twin Tower
Beberapa bulan yang lalu (what??? Kadaluarsa banget kalee) saya berkesempatan untuk bisa berkunjung ke negara tetangga, Malaysia khususnya Kuala Lumpur. Selain ada urusan negara yang harus ditangani, cieee urusan negara katanya, sekalian deh jalan-jalan. Karena kebetulan saya ada teman disana yang dengan baik banget mau menemani untuk sekedar jalan, menikmati kuliner dan menikmati malam ala KL City, jadi saya pikir tidak salahnya to extend my visit there for couple more days. Tapi kali ini saya bukan mau membahas tentang bagaimana perjalanan saya disana, menginap dimana, travel budget-nya gimana. Why not? Because there are so many blogs that already wrote about that. Saya menyoroti sisi lain dari perjalanan ini. Pengalaman-pengalaman unik yang saya rasakan.
Empat hari di KL City terasa begitu singkat, mengingat apa yang terjadi sungguh luar biasa. Saya dijemput oleh teman saya di KL Sentral, mmmm stasiun kereta gitu deh. Tapi gedeeee banget. Mau cari jalan keluar aja hampir nyasar. Dasar udik! Hahaha... Kami langsung meluncur ke rumahnya , lebih cocok dibilang apartemen atau condominium gitu deh. Begitu sampai, saya kaget karena flat-nya rame banget, ada 2 cowok dari India (mereka transit karena besoknya mau ke Penang), 2 cewek dari Belanda dan 1 cowok dari Jerman. Canggung banget pas pertama dateng, habisnya mereka lagi makan siang, tapi dengan ramahnya mereka (yang notabene juga  bukan tuan rumah) menyapa saya. Suasana langsung cair ketika mereka mengundang saya untuk gabung dan menikmati makan siang. Toasted bread, corn cream soup, sausages and orange juice were more than enough for my late brunch
The Crowded Petaling Street
Seperti yang sudah saya duga, mereka para traveller yang kebetulan nge-couch di satu tempat. Si cewek Holland itu sudah 3 bulan ‘mengembara’ di Asia, mulai dari China, Thailand, Vietnam, Kamboja dan sekarang Malaysia. Pas saya tanya “Is Indonesia in your list to visit?” dan saya dapat jawaban yang cukup impressive “Your country is big and there are numbers of spots. It needs at least 2-3 month to explore Indonesia. So it will be our next -3 months trip- destination!”. Gila nih 2 cewek, macho bener, dengan carrier 100 L dan snickers butut ala backpacker, mereka bener2 menikmati apa yang mereka bilang “hidup”. Hahaha..banyak duit kali yeee...
Lain dengan si cowok Jerman yang cute abis...Hahaha.. Kesan pertama reseh banget, sok cool (emang cool sih), tapi pas udah ngobrol ternyata gokil abis. Sama dengan dua cewek tadi, dia juga tergila-gila dengan hangatnya negara tropis makanya dia memilih menghabiskan liburan musim dinginnya di Thailand, Malaysia and Singapura as the last stop before heading back to Deutschland. So nice what I spent with them, kita masak dan makan bareng, bertukar makanan, tapi udah giliran jalan-jalan, kita menempuh jalan hidup masing2..Hahaha.. Malamnya, kembali kita ngobrol dan bertukar cerita tentang pengalaman hari itu. Bertukar cerita tentang budaya, bahasa, makanan khas, lagu, film, politik, about girls, about guys. Gimana tentang kehidupan kaum muda di negara masing-masing. Cerita tentang pekerjaan atau studi. Bener-bener jadi banyak informasi baru. But above all, yang paling penting I got new friends. Sampai hari ini kami masih sering kontak via Facebook. Bukan sekedar say hi atau tanya kabar, tapi juga curhat loh.. Karena ternyata ada kisah cinta dibalik roti dan sup jagung, yap! Ada cinlok antara si cewek Holland tadi dengan si cowok India itu. Differences and distance don’t stop them to be in love! Hahahaha.. so sweet!
Nyobain masakan India, Nasi Lemak plus masakan Melayu lainnya, nongkrong di Twin Tower sambil nunggu sunset, ke Merdeka Square, Central Market dan Petaling Street berburu barang-barang seni plus oleh-oleh, mampir bentar ke Kasturi Walk plus hang out sama teman-teman baru membuat 3 hari di Kuala Lumpur bener-bener ga berasa. Jalan-jalan itu ga melulu tentang shopping, beli barang bermerek atau foto ditempat-tempat yang menjadi ciri khas negara yang kita kunjungi. Tapi juga bagaimana kita bisa bertemu dengan orang-orang baru, mengenal budaya baru, punya temen baru. Seperti saya, sekarang sudah berasa internasional deh.. Halah SLI kaleee... Hahaha...

 Thanks to Barath for the companion during my stay in KL! Nice to know you Suzan and Jolin (Holland), Ajay and Ajay (India) as well as Sebastian (Germany).

No comments:

Post a Comment