Monday, August 19, 2013

Surprise vs Happiness

Selamat Pagiiiii!!!!
Bahagianya hidup saya! Saat sedang menulis ini, saya sedang menikmati Choco Croissant TER-ENAK di dunia! Dengan secangkir susu coklat panas!! Sederhana kan bahagia ala saya? hehehe... Tapi hari ini ada yang spesial. Well, since I'm here everyday is always special. There is always something sweet. Rutinitas pagi, menyiapkan bekal makan siang si Parjo, mengantar ke pintu depan, goodbye kisses dan mengintip dari jendela sampai si Parjo jalan ke arah parkiran mobil tak lupa selalu senyum manis tersungging di bibir (halah!! lebay!). Sepertinya summer akan segera berakhir, dingin bok!! Selimut ama kasur kok melambai2. Karena saya sedang libur kelas Jermannya, jd gpp deh molor lagi. Wkwkwkwkwk! Jangan ditiru!!

Kurang lebih jam 7.30, saya kembali bangun. Udah nyusun rencana untuk hari ini. Nanti sepulang kerja harus ke pasar. Malam ini saya mengundang mertua untuk makan malam dirumah. Hahaha... kasian temen saya si Seli, semalam dengerin curcol saya tentang menu apa enaknya yang disajikan. Hahaha... Nah, kembali ke cerita. Saya langsung deh, beranjak dari kasur, keluar kamar. Saya melihat sesuatu di lantai. A piece of paper and super sweet short message on it!! And!!! I saw "something" wrapped with backery paper. AAARRRGGGHHHH: Choco Croissant from my favorit backery!!


I was sooooo happy when I opened and read the message. I grabbed the phone and called my Baby immediatly! I screamed sooo loud when he picked the phone!! And told him how sweet he is and how much I love him and how much happy I am to be with him!

See! Happiness is simple and cheap. It's not even gold or diamond, it's not even Dolce Gabbana or Loubuttin. Or holiday in fucking expensive cruise ship. It doesn't have to be expensive to be "a sweet surprise". Buat mereka yang memang mampu, sah2 aja. Tapi buat para suami, tunangan atau pacar, memberi surprise itu ga harus dengan ratusan ribu. Buat para ladies juga, jangan dikira kalau tidak memberi emas dan permata, si suami tidak peduli atau terkesan tidak pernah memberi surprise. Jagung bakar kesukaan, roti keju kesukaan, bisa jadi itu bukti sayang dari pasangan. Change your mindset! Small things can be a real big surprise when you understand the "sence of giving".

This is not the first time that my husband did so. Not everyday, but until now I have a lot small papers with sweet messages on them. He hangs on the fridge, on the couch, close to my bed, even once he put inside the fridge. Why? Because he had one bite of my Chicken Burger. He wrote "Sorry! Aku Cinta Kamu!". And he put it over the burger so I could see. As my best friend also says, cinta itu sederhana, cuma bisa berbekal 1 kg tepung terigu.

Thanks my baby for (always) being such a sweet caring romantic partner! Your friends might say that you're not romantic. But for me, you have your own ways how to be romantic. And I love your ways.

Your happy and proud wife.


Monday, August 12, 2013

Lapor Diri (Part 3: Konsulat RI di Hamburg)

Sepertinya ini akan menjadi bab terakhir kisah pelaporan diri kita sebagai imigran di negara Der Panzer. Yapppp! Lapor diri di konsulat RI terdekat. Kalau ini sih, sebagai warga negara Indonesia yang baik, ga ada salahnya untuk melaporkan keberadaan kita. Keuntungannya banyak, mengingat saya juga akan tinggal untuk waktu yang lama di negara asli si Parjo ini. Berbekal informasi dari teman2 yang sudah tinggal duluan di Jerman plus info dari website konsulat Republik Indonesia di Hamburg, berangkatlah saya untuk melaporkan diri. Berhubung saya berdomisili di sekitaran Hamburg, jadi saya pergi ke Konsulat RI di Hamburg. Lokasinya di Lattenkamp, dari rumah saya 35 menit naik subway.

Saya sempet ragu-ragu dengan syarat-syarat yang tercantum di website konsulat. Heheheh... Habisnya simple banget. Hahahaha... Tapi ternyata, apa yang ditulis memang benar dan simple aja syaratnya. Untuk saya (yang tinggal di jerman karena menikah dengan WN Jerman) maka dokumen yang diperlukan adalah:
1. Paspor
2. Fotokopi Akte Kelahiran
3. Fotokopi Akte Nikah
4. Anmeldebestätigung (Baca di Lapor Diri (Part 1: Rathaus Setempat))
5. Foto biometris 1 lembar
6. Mengisi formulir pendaftaran (Bisa didownload di website kedutaan atau diambil langsung di tempat)

Saya datang menyerahkan semua berkas, termasuk paspor. Setelah menunggu 1,5jam akhirnya selesai juga proses lapor diri saya. Hahahaha.. jangan tanya ya 1,5 jam itu ngapain aja. Saya juga ngga tau. Saya cuma tunggu di ruang tunggu sampai nama saya dipanggil. Kemudian paspor saya dikembalikan dan sudah ada cap di halaman belakang paspor saya kalau saya telah melaporkan diri. Untuk proses lapor diri semua kostenlos alias gratis alias tidak dipungut biaya apapun. :)

Untuk informasi lebih lanjut bisa dilihat di link berikut ini: Website Konsulat RI di Hamburg

Lapor Diri (Part 2: Ausländerbehörde)

Masih seputaran kewajiban kita sebagai pendatang yang baik. Untuk tujuan apapun, entah studi, au pair, language course, menikah, kumpul keluarga, kita memerlukan visa untuk bisa menginjakkan kaki di negara Der Panzer ini. Begitu juga saya, dengan perjuangan, keringat dan air mata (haishhhhhhhh...lebay), akhirnya dapet juga itu visa. Nah visa Schengen tersebut hanya berlaku maksimal 90 hari (CMIIW), so untuk bisa tinggal di negara orang dengan aman dan damai, kita perlu ijin tinggal atau visa tinggal atau apalah itu namanya.

Foto by tronela.blogspot
Well, setelah saya dan Si Parjo sah sebagai suami istri, tepat 3 hari setelah Hari Bersejarah itu, saya ditemeni Si Parjo untuk mengisi masa-masa hanimun kami ke Ausländerbehörde (ABH) (hahahaha...kasiannn banget yak). Hushhhh! Ini obrolan serius malah nglantur kemana-mana. Hahaha... Maap! Kalo gitu lanjut dah!

Sebenernya, ini judulnya kurang pas, karena proses disini adalah proses perpanjangan visa schengen yang sudah saya dapat. Dan tiap kasus perpanjangan visa berbeda-beda. Disini saya mengurus perpanjangan dari visa menikah saya untuk mendapatkan Residence Permit, jadi syarat dan dokumen yang diperlukan mungkin berbeda dengan visa studi atau kumpul keluarga atau visa schengen lainnya. Sebelum datang langsung, sehari sebelumnya telpon ke ABH untuk menanyakan dokumen yang diperlukan untuk pengurusan Residence Permit. Antara lain:

1. Paspor
2. Visa
3. Fotokopi Akte Nikah (bawa aslinya)
4. Foto biometris 1 lembar
5. Uang 110 Euro

Setiba di ABH, saya ambil nomor antrian. Dan setelah nomor saya dipanggil, saya masuk dan menyerahkan semua dokumen yang dibutuhkan. Lalu saya rekam sidik jari, tanda tangan dan diminta untuk memeriksa kebenaran data yang ada di database mereka (mereka sudah punya database kita sedari kita aplikasi visa dulu). Setelah semua diperiksa dan benar. Saya boleh pulang! Yuhuuuu! Dan surat pemberitahuan jika residence permitnya sudah jadi, akan dikirimkan via pos. Kira2 2-3 minggu lama prosesnya.

Seminggu...

Dua minggu...

Tingtong! Pas ngecek kotak surat, ternyata ada satu surat untuk saya. Pemberitahuan kalau residence permit saya sudah bisa diambil. Gak pake lama, besoknya saya langsung ke ABH untuk menjemput Aufenthaltstitel saya. Yayyyy!!! I was so happy! Ohya, waktu ngambil, jangan lupa sekalian tanya informasi dan minta surat pengantar (Verplichtung) untuk Integrationkurs.

Baca juga:
Lapor Diri di Rathaus Stadt Tempat Kita Tinggal
Lapor Diri di Konsulat RI di Jerman

Lapor Diri (Part 1: Rathaus Setempat)

Foto by Google
Uhuy!! Dari judulnya aja udah berat and birokrasi banget yeee...hahaha...
Berhubung gak sedikit yang nanyain gimana dan apa yang harus dilakukan setelah tiba di Jerman, jadi saya putuskan untuk berbagi cerita lagi disini. Dan terlebih, sebelum saya lupa. Hahaha....

4 hari setibanya saya di Jerman, selain saya harus mengurus beberapa kepentingan lanjutan untuk pengesahan hubungan saya dan Parjo (baca: menikah), sebagai imigran yang baik saya juga lapor di kantor kependudukan setempat. Karena saya tinggal di Ahrensburg, jadi saya lapor di Rathaus Stadt Ahrensburg untuk nanti dapet Anmeldungbestätigung (surat ini berguna juga untuk nanti Lapor Diri di Konsulat RI).

Apa saja yang diperlukan? Gampang kok, ga ribet.
1. Paspor
2. Visa
3. Pas foto biometris 1 lembar
4. Formulir pendaftaran (bisa diambil di tempat)

Courtesy:  tronela.blogspot
Tinggal isi lengkap formulirnya, kalau ada yang ngga ngerti bisa tanya sama petugasnya. Intermezo dikit yak, hahaha.. Petugasnya gaul2 mennnn... Pake sneakers, celana jeans, rambut French Braiding, berhubung waktu itu cuaca masih dingin, mereka pake syal yang dililit keren abis. Meskipun begitu, kerjanya ga lelet. Geraknya cepet, dinamis dan gak plonga plongo. Alhasil ga lebih dari 10 menit, urusan lapor diri selesai dan Anmeldemestätigung sudah berada di tangan. So, saya sudah tercatat deh di Rathaus setempat. :D

Baca juga:
Perpanjangan Visa dan Mengurus Residence Permit
Lapor Diri di Konsulat RI

Friday, August 9, 2013

Aku dan Ambon (Part 3: Baristand Ambon)

Seperti yang saya bilang, banyak yang menyangsikan loyalitas saya di hari pertama saya bekerja. :)
Saat itu, saya cuma bisa tersenyum dalam hati. Biar orang mau berpikir apa. Tapi saya datang, niatnya untuk kerja, mengapplikasikan ilmu saya, cari uang untuk makan dan jalan-jalan. Dan cari jodoh!!! Hahaha.. 

Nah, setelah saya cerita tentang bagaimana saya terdampar di Ambon. Saya juga mau berbagi cerita tentang bagaiman keseharian saya di kantor (dulu). 

Jam kantor saya normal, 07.30 sampai 16.00 WIT. Tiap pagi saya dateng kurang lebih jam 7 lebih. Parkir motor terus buka pintu ruangan. Kantor saya ada 4 gedung, 3 gedung kantor plus laboratorium dan 1 bengkel. Ruangan saya ada di gedung 3. Ruangan besar tapi orangnya paling dikit. Ada dapur kecilnya, jadi kalo laper sewaktu-waktu bisa bikin susu anget ato bikin Ind*mie malah. :) Seksi Program dan Pengembangan Kompetensi. Sejak awal, meskipun saya formasi peneliti, tapi saya "duduk" di ruangan itu, sejak awal saya tiba, sampai akhirnya saya (tarik napas)...pensiun dini. Alias mengundurkan diri. :)

Meskipun saya terhitung baru dan anak bawang, tapi saya tidak pernah merasa di-anak bawangkan. Di rapat2 besarpun saya diikutsertakan. Bahkan, saya termasuk anak buah yang lumayan sering ikutan lembur. Saya juga dipercaya Bu Boss waktu itu untuk pengurusan lelang di Kantor Pusat. Baristand dapet bantuan alat-alat laboratorium dari salah satu direktorat. Masih inget dulu, saya dibantu temen-temen bikin spesifikasi dan akhirnya saya persentasi ke panitia pengadaan. Serasa bangga gimanaaaa gitu. Hahahaha..
Ambon-Jakarta serasa Malang-Surabaya. Berangkat dari Ambon pesawat pagi dan balik dari Jakarta pake pesawat tengah malem. Sehari full di kantor pusat, entah untuk rapat atau pengurusan dokumen. Badan dan tenaga serasa diperas. But I enjoyed every single moments. Belum lagi kalau dapet kesempatan sampling untuk penelitian ke daerah. Seram, Saparua atau sekitaran pulau Ambon. Unforgetable experiences. 

Selain gaji, lingkungan kerja yang nyaman dan harmonis adalah hal yang lebih orang utamakan. Di kantor, saya terbiasa memanggil rekan-rekan kerja yang lebih senior dengan panggilan "oom" atau "tante". Mungkin terdengar aneh dan kurang sopan atau apalah. Tapi begitulah di Baristand. Kekeluargaan kami sangat kental. Bercanda itu hal biasa. Tapi tetap tau norma dan sopan santun. I really felt that my office was my second home. Kalau sakit, saya lebih tetap memilih pergi ke kantor dan tidur di bangku saya timbang di kasur kost-an. Selain Oom dan Tante yang super gaul dan baik, banyak juga kakak-kakak senior yang ajaib2. Suasana kerja kami serius tapi sangat santai. Saya yakin 100%, saya tidak akan pernah temukan suasana se-kekeluargaan itu di lain tempat. 

Saya tak lebih 3 tahun mengabdi, saya belum memberikan apa2 bagi negeri ini. Tapi takdir dan khususnya saya memutuskan hal lain. Saya mundur. Sedih pasti. Kadang di dunia ini, kita dihadapkan pada pilihan2. Begitu juga saya kala itu. Berat. Tidak mudah. Banyak pro-kontra. Dan mungkin mengecewakan banyak pihak. Tapi itu keputusan saya. Keputusan yang saya ambil bukan hanya dengan pertimbangan satu dua hari. Mungkin Tuhan mau pakai saya di tempat lain. Bukan disana. 

Berjuta terima kasih pun tak akan pernah cukup untuk Ambon dan keluarga di Baristand. Pengalaman. Kasih sayang. Dulu saya tidak pernah mengira kalau saya akan menginjakkan kaki dan tinggal di Ambon, begitu juga sekarang, ketika saya harus pergi meninggalkan yang tersayang di Tanah Pattimura. 

Seperti kata teman saya, yang juga ketemu di Ambon: "You don't belong to Malang or Ambon. You belong to universe."

*The End*



Aku dan Ambon (Part 2: After Office Time)

Masih keinget bagaimana, hari-hari dan minggu-minggu pertama di Ambon. Saya tinggal di asrama milik susteran. Tempatnya strategis. Di pusat kota, pasar, bank, mall dan gereja bisa dijangkau semua dengan jalan kaki. Nama daerahnya Batu Meja, beberapa bangunan persis di sebelah kantor Polda Maluku. Dan ini yang ga bisa lupa. Di Ambon, awal2 saya disana, bisa mati lampu sampe 12 jam. Pernah sekali waktu, saya pulang beli nasi untuk makan malem, eh ketemu abang2 becak atau ojek yang lagi pada minum2. Dan udah pada setengah mabok. Keringet dingin setengah mampus dah! Mereka lagi duduk2 di lorong menuju kost-an saya. Akhirnya, saya pegang erat2 nasi padang saya, dan saya jalan sekenceng2nya. Digangguin sih, tapi cuma sebatas kata2 aja. And you know what? Selanjutnya malah saya jadi konco ama mereka2. Langganan becaknya atau ojeknya. :P Hahahaha....

Cerita tentang "saya berangkat dengan setengah patah hati". Bisa dibilang Ambon, jadi tempat pelarian saya. Hahaha.. Saya tenggelam dalam lautan kesibukan, bukan lautan luka dalam yeeee.. Hahaha... Saya kerja dari pagi sampe sore, pulang kantor udah pasti mampir berenang. Tiap hari! Lebih lagi pas saya udah punya "adik angkatan" yang semua juga anak rantau dari Jawa. Jadi tambah rame. I had such a great great life there. We wer like brothers and sisters. :) Di kantor kita ketemu, setelah kantor kita renang atau nge-gym bareng, pas weekend kita nonton atau sewa angkot terus main ke pantai.Lagi-lagi, sedih banget kalau inget2. We were like big family. I miss you guys, Kak Ardi, Dhances, Dewa, Rey, Iwing, Ina, Indri.

Belum lagi, saudara se-asrama. Kak Eng yang udah kayak kakak kandung sendiri. Kita ke pasar bareng, ke gereja, yang nganter saya malem ke rumah sakit naik becak pas maag akut saya kumat, yang masakin saya pas saya selalu ga sempet masak karena lembur di kantor, yang ngingetin saya untuk makan karena saya kalau udah bawa kerjaan kerumah suka lupa makan. Gak lupa deh, adik2 asrama yang manis2. Ati, Fani, Inda, Lina and Juliet. Masih keinget gimana kita masak bareng terus makan bareng. Ngerumpi bareng pas suster bilang kalau uang asrama mau dinaikin. Demo bareng ngga mau bersihin kamar mandi gara2 kita ngambek sama suster. Such sweet memories.

Ambon memang bukan kota besar, ga punya mall semegah Tunjungan Plaza atau Taman Anggrek. Tapi Ambon punya kehangatan yang cuma bisa dirasakan ketika kita disana dan menjadi bagian darinya. Belum lagi Pantai-pantai Ambon yang super asoy.

Aku dan Ambon (Part I: Intro)

Mmmmhh...  *tarik napas panjang*

Kayaknya ini bakalan jadi cerita ter-melow yang pernah saya tulis. Bahkan mau mulai darimana saya bingung. Seperti judulnya, saya punya ikatan batin yang kuat dengan kota di ufuk timur Indonesia itu. Hometown kedua setelah kota kelahiran saya. Mungkin saya awali dengan bagaimana saya bisa terdampar disana.

Tahun 2009 silam (kesannya mistis banget yak..hahaha), untuk pertama kalinya setelah lulus kuliah, saya mencoba peruntungan seperti orang2 kebanyakan. Ikut seleksi CPNS. Sebenernya saya paling males ikut seleksi CPNS, udah ribet, banyak yang diurus, saingannya buanyakkkk plus rumor sogokan yang nilainya amit2. Saya paling anti deh ama begituan. Mau kerja dapet duit kok malah keluar duit. Stupid!
Singkat cerita, saya bersama beberapa sahabat saya adu untung. Banyak banget yang membuka pendaftaran waktu itu. Mulai dari tingkat kementerian, pemprov sampai pemkot/pemkab. Nah, mungkin dasar udah takdir dan jodoh. Ada salah satu kementerian yang syaratnya lebih sistematis dari yang lain. Berhubung formasi untuk sarjana pangan seperti saya juga tersedia, kupinanglah dia. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. :)

Setelah melewati beberapa tahap seleksi yang bikin deg-deg an, di hasil akhir, muncul nama saya. Petronela Stefannie, Peneliti Pertama, Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon (Baristand Ambon). Saya LOLOS!!! Papa Mama saya yang notabene juga PNS, seneng bukan kepalang. Tapi... Kok Ambon? Jauh amaaat... Aman gak?? Kan kan kan kan...baru kerusuhan juga. Tapi dasar saya orangnya nekat, bodo amat. Saya percaya itu berkat! Jadinya, BERANGKAT!

Berbekal tekad, niat tulus anak bangsa yang ingin membangun negeri plus hati yang hancur berkeping2, saya berangkat. :) (Asli pingin nangis pas ngetik ini....that was sad and happy moment at once). Saya berangkat pas saya baru diputusin mantan pacar saya setelah beberapa tahun kami pacaran. Penting ya bagian ini? PENTING!!! Tolong dicatat!!  Hahaha... Berangkat meninggalkan rumah yang sudah saya tinggali hampir seperempat abad, meninggalkan teman dan sahabat, meninggalkan warung2 lalapan favorit saya.

Anak bawang, belum pernah merantau, nekad ke pulau seberang. Alasan saya simpel. I had a feeling that I would love this job. Dan saya pingin membuktikan ke diri saya sendiri, bahwa PNS tidak hanya soal ke kantor terus duduk2 dan baca koran, jam makan siang keluyuran di pasar atau mall. PNS bukan cuma suka nutut kenaikan gaji dan tunjangan, tapi juga tulus ingin mengabdi untuk negeri ini. Saya pingin jadi PNS yang kata Syahrini: SESUATU!

Di hari pertama saya menginjak kaki di kantor Baristand, beberapa menyangsikan kalau saya bisa krasan. Bahkan sang pimpinan pun mewanti, jangan2 saya minta dimutasi di Ambon. Hahaha... Udah feeling kali ya.. :P

Click here for Part 2
Click here for Part 3

Sunday, August 4, 2013

Our Big Day: Wedding Day!

Been a long time I wanted to make a short video of our wedding! Sebenernya, karena males ajah sih plus udah lupa utak atik gimana cara bikin videonya. Hehehe.. Tapi karena weekend ini kami (saya sama Parjo) mengagendakan untuk di rumah saja. Jadi, iseng2 mulai bikin lah saya. :)
Di post-post sebelumnya, saya sudah cerita bagaimana suka duka proses pengesahan hubungan saya dengan si Parjo. Kali ini saya mau berbagi cerita, how exactly the big day was.

Hari itu, spring has just started. Udara sedikit menghangat setelah musim dingin berakhir lebih telat dari seharusnya. Selasa pagi, 14 Mei 2013. :)

Setelah malam sebelumnya, saya harus pasang belasan rol di rambut saya, pagi-pagi buta saya bangun. Seperti biasa, saya masih sempet sarapan ala londo: pisang, yogurt dan muesli. Mandi. Nggosok bolot2 sampe bersih, maklum, ini kan even sekali seumur hidup! Jadi harus bersih dan wangi! Hehehe... Setelah itu, mulailah saya duduk di depan meja rias mini. Mmmm, bukan meja rias sih, tapi saya pake itu untuk naruh modal2 saya tampil cantik. Saya mulai memoles wajah saya. Kata temen-temen saya, hasil riasan saya boleh juga. Bahkan dulu waktu kuliah, saya pernah dimintain tolong sahabat saya untuk merias dan me-nyanggul rambutnya di hari wisuda! Dan hasilnya, dia dapet banyak pujian loh. Hehehe... "Bakat" ini saya dapet waktu dulu saya masih rajin ngeband atau ng-MC, daripada bayar mahal ke salon, saya belajar sendiri menggunakan make-up sebelum manggung. So, bahkan di hari paling spesial di hidup saya, saya lebih percaya tangan berbakat saya dibanding salon mahal sekalipun.

Jadilah, saya make-up sendiri! Termasuk mengutak atik rambut panjang saya. Untungnya saya punya asisten. Siapa? Ya Parjo lah! Siapa lagi... Hahaha..

Setelah kurang lebih 2 jam terpaku di depan cermin. Selesai! Paling lama cuma pasang bulu mata palsu! I hate!!! Hahaha... Setelah itu, saya ambil "gaun" yang sudah menggantung di lemari. Saya bawa dari Malang. Dress silver dengan sedikit aksen brokat di pinggirnya2 saya pilih untuk hari istimewa. Dressnya ngga mahal, saya beli sendiri bahannya di pasar. Bukan bahan yang termahal tapi cukup istimewa kualitasnya. Ongkos jahitnya pun cuma 100 ribu. :)

Setelah siap, kami, saya dan Parjo berangkat. Dengan mobil kesayangan, Parjo masuk ke bangku sopir dan saya di sebelahnya. Eitsss! Surely, he didn't forget to kiss my forehead and he whispered on my ear "I love you". And we drove.

Well, sejak kecil saya tidak punya dream wedding, seperti yang mungkin selalu diidamkan oleh setiap gadis muda. Long white wedding gawn, a lot of flowers, big classic church or in the beach, hundreds baloons, super sweet pre-wedding photos. Sounds naif but true, I never wanted that. I always dreamed, when I ever married, it should be very simple, only with family and not so many stuffs to prepare. And it seemed, my dream came true. :)

No make-up from bridal salon, no millions wedding gawn or kebaya, no photographer, no wedding car. Not at all. It was my day. Our day. So we made and handled all by ourselves. I did the make-up by myself, Parjo drove our "wedding car", my mother in law was the photographer, my mom was the "wedding gawn" designer. ALL by ourselves. :)

But... that day was one of the best days in my whole life. We finally did it. It turned out so well. All families were here. I had my dream wedding indeed! As you all can see in this little sweet video.
Everybody has their own way to catch their happiness. And I have my own. 


Friday, August 2, 2013

Veggie Spaghetti

Nah! Hihihi.. lagi-lagi update resep masakan. Sebenarnya ga pede juga sih mau posting resep2 gitu. habisnya lebih buanyaaakkk blog yang lebih oke dalam mengupas tuntas resep dari A sampai Z. Tapi, karena ada permintaan dari temen lama atas beberapa masakan saya, jadinya saya tulis juga deh disini. Itung2 buat dokumentasi saya juga, mengingat saya ini chef gadungan yang tiap kali masak hampir selalu pake ilmu perasaan. Hahaha.. semua dikira2 semau saya! But I'm happy cause it always comes out yummy! Si Parjo saksinya!

Oke, kali ini saya berbagi resep idola saya. Spaghetti!! Selain gampang, cepet prosesnya dan sehat! Mungkin saya sudah pernah bilang, Si Parjo ini kurang suka daging2an dan lebih suka sayuran. Kayak kambing! Hush!! So, saya seringnya masak apapun ya selalu sayur. Hehehe.. Dan kali ini adalah Veggie Spaghetti. Gampang kok!


(porsi 2-3 orang)
Bahan I:
100 gram spaghetti
1 liter air
2 sdm minyak sayur
garam secukupnya

Bahan II:
1 buah paprika merah (potong dadu)
1 buah wortel (potong dadu)
1 buah zuchinni (potong dadu)
1 buah jagung (serut/pipil)
1 buah tomat segar (potong dadu)
2 siung bawang putih
1 buah bawang bombay ukuran sedang
3 sdm saus tomat
50 ml susu segar
1/2 sdt basil
1/2 sdt oregano
2 sdm keju parmesan
garam secukupnya
merica secukupnya
minyak untuk menumis

Cara membuat:
1. Didihkan air dan rebus pasta, tapi jangan sampai ter-gelatinisasi sempurna (yang anak foodtech pasti tau istilah ini. Hehehe... Itu maksudnya, ojok sampe mblothong! Hahaha... Taburi garam. Tiriskan dan tuang minyak sayur lalu aduk sebentar. Minyak sayur fungsinya supaya tidak lengket2.
2. Panaskan minyak, tumis bawang putih dan bawang bombay sampai harum. Masukan semua sayuran (paprika, wortel, zuchinni dan jagung). Aduk sebentar sampai sayuran agak layu. Setelah itu berturut2, tambahkan saus tomat, garam, merica, basil dan oregano. Aduk rata, masukkan potongan tomat segar. Kemudian tambahkan susu dan keju parmesan.Terakhir masukkan pasta spaghetti yang sudah ditiriskan tadi.
3. Siap disajikan.

Catatan kecil:
Sayuran boleh dipilih sesuai selera, boleh juga loh pakai bayam! Saya pernah coba dan hasilnya maknyus! Kalau susah dapet zuchinni, boleh di-skip dan diganti dengan yang lain. Nah, pengalaman waktu di kampung halaman, oregano dan basil jarang banget dipake masak. Masakan Indonesia jarang pake kedua barang tersebut. Nah, saya ada tips nih, beli aja saus bolognese yang botolan, jadi ga perlu pake lagi basil dan oregano. Kalau pake saus botol ini, boleh 4-5 sdm ditambahkan.

Happy trying!

"Phillipine? No! Spain? No! Mexico? No! But INDONESIA"

Pagi2 sepulang dari hutan, bukan berburu ye, tapi lari pagi di hutan deket rumah nih, saya dapet telp dari Si Ratu (mamahnya Si Parjo), cuma singkat aja, ngingetin kalo hari ini ada janji ke dokter gigi. Dan dibilang akan dijemput jam 10.35. Huahahaha... Mukeee gileee! Nanggung amat pake ada "5"-nya segala. Ya iyalah! Jerman getooo.. Itungannya menit mennnn.. Germans are very punctual!! Saya banget tuh! Saya bukan orang Jerman, tapi dari dulu emang benci banget ama budaya nelat orang2 di negeri dongeng.

Well, back to topic! Jadi ceritanya, hari ini saya ke dokter, dijemput si ibu mertua naik delman istimewa ku duduk dimuka, PAS jam 10.35. Gak kurang, gak lebih! Dokternya ga jauh, 10 menit lah dari rumah naik mobil (cieeeeee mobillll, orang biasa naik angkot juga...belagu!). Ini kali kedua, saya nge-date ama si dokter ini. Nyantai, dokternya udah tuwir, jadi ga bisa digebet dah. Singkat cerita, gigi saya yang sudah sehat dan putih bersih ini diperiksa. Eh, jiambulll, ternyata ada satu lubang kecil di gigi geraham belakang. Seumur2 baru kali ini gigi saya lubang. Akhirnya, dilakukanlah proses penembelan. Setelah 15 menit. Selesai!.

Sebelum keluar ruang periksa, kami basa basi. Modal bahasa jerman lumayan yang cenderung pas2an, saya ajak ngobrol deh tuh dokter. Kebawa nih kebiasaan di Indo, Basa Basi. Sampai akhirnya si dokter nanya, "Woher kommen Sie?" yang artinya "Kowe iki asli ndi to nduk??". Belum sempet saya njawab, di dokter udah nyela aja, "Mexico?". Mukeee gileee! Hahahaha... Asli pingin ngakak. Baru kali ini deh, dikira orang Meksiko. Tapi honestly, dalam hati saya Ge-er Ge-er gimanaaaaa gituuu.. Secara yang terbayang wajahnya Thalia si Maria Mercedes  itu. Gilak!!! Cakep plus bahenolll kan! Wah, kuterima dengan segenap kerendahan hati and I took it as a big big compliment!

Nah, tadi saya bilang, "baru kali ini dikira orang Meksiko", lah memang sebelumnya dikira orang mana? Orang utan? Itu mah ledekan temen2 badung saya dulu. Hahaha... Sebelumnya saya pernah dikira orang Filipina. Waktu itu yang bilang oma2 di gereja. Well, kalau Filipin, oke lah, secara masih serumpun melayu juga. Tapi ada yang ajaib lagi nih. Awal pertama saya boyongan pindah ke flat Si Parjo setelah beberapa minggu nunut di rumah (mantan) camer, biasa, seperti adat orang timur lah, saya kulo nuwun ke tetangga. Mau yang kebetulan lewat atau lagi di beranda rumah. Saya selalu sempetin say "hi".

Nah, pertamaaaa kali banget, ada cowok nih, tingginya sedengan lah, kulit coklat, rambut hitam, body Joe Taslim. Satu kata, sekseh! Hahahaha.. Dugaan saya dia orang Spanyol. Ternyata bener! Pas aya lagi markir-in si Karina, mendekatlah dia. Langsung dengan bahasa entahlah, dia nyerocos panjang lebar. Setelah merenung beberapa detik, itu BUKAN bahasa jerman. Meskipun saya masih o'on dan ga ngerti kalo orang Jerman ngomong, apalagi kalo cepet ngomongnya. Tapi, saya 100% yakin itu bukan bahasa Jerman apalagi Enggres!!. Lah terus?? Well, akhirnya diberi juga saya kesempatan buat ngomong. Fiuh! "Entschuldigung, ich habe nicht verstanden.. Sie sprechen zu schnell..." kata saya. Eng ing eng, akhirnya dia ngerti deh. Dan ujung2nya, "Are you Spanish?" Woootttt??!??! Uhuuuyyyyy, gila lu ndroooo... Hwasekkk... Dikira orang spanyol mennn... Hahaha... Secara cewek2 spanyol kan sebangsa latin2 amerikun getooo.. Kulit keemasan, rambut hitam tergerai, gigi putih berbaris, dada 36B, perut rata no lemak. Weeewww... Tapi lagi2, dengan jelas dan sepelan mungkin saya bilang, "Nein. Ich komme aus Indonesien".Dan dalam hati, muke gileee! Masak sih wajah saya tidak mencerminkan ke-Indonesia-an?? Hahahaha...